1. Makhluk terlarang

417 137 315
                                    

***
Author Pov

Tap tap tap...

Terdengar langkah kaki yang melangkah perlahan demi perlahan. Mendekati seorang pria paruh baya yang tengah tertidur pulas di atas kursi dengan dagu mengarah ke langit langit dan mulut yang setengah terbuka.

Cowok itu memutar tali yang melekat di punggungnya. Jemarinya mulai terulur menyentuh senar yang berbahan dasar nilon itu.

Suasana kelas seketika menegang, semua pandangan tertuju kepada cowok yang sudah berdiri di depan kelas ini.

Jrenggggg

"WAKTU ABANG PERGI KE SIBORONG-BOOOORONG. DATANG HUJAN YANG AMAT DERASLAAH. TERKEJUT ABANG TERHERAN HEERAN SEBAB ABANG BELUM PERNAH KESANAA-"

Sontak pria paruh baya itu langsung terbangun dan tersungkur ke belakang beserta kursi yang didudukinya.

Suara tawa dari seluruh murid memenuhi seisi ruang kelas. Pria paruh baya itu pun berdiri sambil mengusap-ngusap pantatnya yang terasa nyeri karna habis bertubrukan dengan lantai. Sementara, cowok itu tetap memainkan gitarnya dan melanjutkan lirik dari lagu yang dibawakannya tanpa merasa berdosa.

"SAYUR KOOOL SA- Aduh duh" permainan cowok itu pun terhenti saat pria paruh baya itu menarik telinganya.

"ABINAYA AHARON SHUWN KAMU IKUT SAYA KE RUANG BK"

"Yah, Pak. Tapi lagunya belom abis."

"SEKARANG!"

***

Sementara itu di sudut bumi yang lain..

"Halo-" terdengar suara isak tangis dari seorang gadis berambut hitam pendek sebahu yang tengah duduk di pojok ruang kelas. "Mas, aku, aku hamil," lanjutnya dengan suara tangis yang semakin menjadi.

Tak terdengar sepatah kata pun dari sebrang sana, dia hanya terdiam.

"Kamu harus tanggung jawab, Mas! Ini anak kamu!" Teriak gadis itu semakin menjadi.

"Maaf kamu siapa, ya?" Raut wajah gadis itu seketika berubah saat tau orang yang di telpon nya saat ini merespon.

Gadis itu kembali dengan isak tangisnya "Aku Ava mas! Masa kamu lupa apa yang udah kamu lakuin ke aku? Mas kita kan udah en-"

Saat cewek itu sedang sibuk berbincang dengan benda pipih yang ditempelkan di telinganya, Tiba-tiba ada seorang siswa dari kelas lain yang datang. Dan menginterupsi seisi ruangan.

"Permisi, disini ada yang namanya Avasha Qytara Mahveen?" Semua murid sontak mengarahkan jari telunjuknya ke arah gadis di sudut ruangan tersebut.

Ava dengan polos mengangkat tangan kanannya. "Saya, kenapa emang?"

"Dipanggil kepsek," kata seorang murid yang tadi mencari namanya itu.

Gadis itu mengerutkan dahinya heran. Teman-temannya mengedikkan bahu mereka tanda mereka pun tidak mengerti.

Ava kembali melihat ponselnya dan melihat nama orang yang tadi dihubunginya.

"Eh, nama kepsek kita Bambang bukan sih?" tanya Ava kepada salah satu temannya, yang direspon anggukan.

Gadis itu menepuk jidatnya dan mendecak kesal. "Mati gue salah nge-prank orang."

"Lo ngomong apa emang?" tanya Soraya salah satu teman Ava penasaran.

Ava menutupi setengah mulutnya, dan berbisik "Gue bilang gue hamil anaknya dia."

Soraya memalingkan wajahnya, dia tak kuat menahan tawanya ditambah lagi melihat ekspresi muka Ava yang polos-polos berdosa.

"Yaudah temuin dulu, siapa tau mau ngajak jalan sambil beli susu buat bayi," tambah Alin teman Ava lainnya yang tidak pernah berpikir sebelum berucap.

Ava hanya bisa meringis geli mendengar imajinasi Alin. Belum sempat dia melangkah, ponselnya berdering. Melihat nama orang yang mucul di layar, Ava kembali meringis.

Bambang is calling...

Dengan terpaksa Ava mengusap layar ponselnya dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya.

"Hallo? Ava, saya tunggu di ruangan saya, ya," kata orang di sebrang sana tegas.

Ava tertawa hambar, menahan malu sebenarnya.

"Halo, Pak. Hehehe, saya gajadi hamil deh, Pak."

Gadis itu merutuki dirinya di dalam hati, membayangkan bagaimana rekasi seorang kepsek nantinya.

Mati deh gue, ucapnya dalam hati.








Tbc

Prank CallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang