Beberapa adegan di bawah terinspirasi oleh lagu di atas***
Author POV
****
Tak ada satu katapun yang keluar dari mulut keduanya. Setelah melihat perlakuan Abi tadi, Ava sama sekali tidak berani mengucapkan apapun dari mulutnya. Dia terlalu terkejut dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Kini keduanya sedang menyusuri jalan menuju rumah Ava. Jika biasanya Abi mengendarai motornya dengan santai dan bahkan cowok itu sengaja meliuk-liukan stang motornya untuk membuat Ava kesal, maka tidak dengan kali ini.
Cowok itu hanya terdiam dan fokus pada jalanan di depannya. Suara hiruk pikuk kota memang sangat ramai dan bising. Tapi tidak dengan hati dan perasaan Ava saat ini. Dia merasa sepi dan kosong.
1001 pertanyaan yang telah memenuhi pikiran Ava saat ini. Tapi jelas dia tidak berani untuk menanyakan rasa penasarannya itu kepada Abi. Karena saat ini, cowok itu bukan Abi yang dikenalnya.
"Udah sampe," ucap Abi dingin.
Suara bariton Abi sontak membuat Ava tersadar dari lamunannya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu turun dari motor milik cowok itu, mengembalikan gitar kepada sang pemilik dan meraih tali pengaman dari helm yang dipakainya.
Namun sebelum tangannya sampai pada tujuan, tangan Abi sudah lebih dulu meraih tali berwarna hitam itu dan melepaskan helm berwarna kuning itu dari kepala Ava.
Sorot mata Abi masih sama seperti tadi, tak ada tatapan hangat yang biasanya dia berikan kepada Ava. Wajahnya datar, tanpa senyuman yang biasa terlukis jelas di bibirnya.
Entah kenapa dada Ava terasa sesak melihat perlakuan Abi yang tiba-tiba seperti itu padanya. Dia menatap cowok berambut hitam itu nanar.
Bi, lo kenapa?
Ingin sekali Ava melontarkan pertanyaan itu dari mulutnya, tapi dia tidak bisa. Dia terlalu takut menghadapi respon Abi nantinya. Jadi menurutnya pilihan terbaik untuk saat ini adalah tetap diam.
"Gue balik dulu, ya? Jangan lupa makan. Sorry lo harus ngeliat pemandangan tadi," ucap Abi lembut.
Beban yang tadi dipikul Ava seketika terlepas, dia menghela napas lega. Mendengar Abi berbicara dan tetap menunjukkan perhatiannya kepada Ava saja sudah lebih dari cukup, untuk saat ini.
Kedua ujung bibir Ava tertarik, dia tersenyum lalu mengangguk. "Iya, Lo hati-hati di jalan."
Abi membalas senyuman Ava, dia pun ikut mengangguk. Lalu dia memakai helm miliknya. Namun tiba-tiba sebuah pertanyaan terlintas di pikiran cowok itu. "Va? Lo gasuka banget sama helm ini ya? Kalo gitu besok gue ganti deh."
Dengan cepat Ava menggelengkan kepalanya. "Ngga usah, Bi. Gue udah suka kok."
Mendengar jawaban cewek berambut pendek itu seketika Abi mendengus geli dan tersenyum jahil. "Udah suka sama helmnya apa sama gue?"
Ava terdiam, bukan karena pertanyaan yang dilontarkan oleh Abi. Tapi karena sifat Abi yang dikenalnya sudah kembali. Abi yang sangat percaya diri dan menyebalkan.
Kalau sudah begini Ava tidak akan segan lagi, dia mengulurkan tangannya dan menepuk helm yang sudah dipakai Abi. "Kepedean banget si lo jadi orang!"
Mendapatkan serangan tiba-tiba dan rasa sakit yang seketika menyusuri kepalanya Abi meringis. Dia berdecak dan melemparkan tatapan permusuhan kepada Ava. Tapi gadis itu membalasnya dengan menjulurkan lidah dan memusatkan kedua matanya ke arah tengah. Sontak wajah kesal Abi berubah menjadi senyuman yang diiringi tawa gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prank Calls
Teen FictionIni adalah kisah dari dua selebriti BK yang dipertemukan secara tidak sengaja akibat sebuah Prank Calls yang salah sasaran. Avasha Qytara Mahveen, cewek bobrok binti galak yang paling anti dengan manusia bernama Abi. Dan Abinaya Aharon Shuwn, cowok...