8. Bukan Tokoh Film

164 75 183
                                    

Author POV

***

Abi melipat bibirnya ke dalam, dia mengerutkan alisnya dan memejamkan matanya, menahan malu lebih tepatnya.

Entah apa yang terlintas di pikirannya, bisa-bisanya dia menagih hutang Ava kepada Ayahnya. Terlebih lagi ini adalah pertemuan pertama cowok itu dengan Ayah dari gadis yang sedang diincarnya.

Dia menyatukan giginya seraya menatap pria paruh baya di depannya ini perlahan. Namun ternyata, Ayah Ava justru malah tertawa kencang.

Melihat situasi tersebut Abi sontak ikut mengeluarkan tawanya, walaupun dia tidak tau apa alasan dari tawa tersebut.

"Jadi ini alasannya Ava tidak mau dijemput saya selama seminggu," cetus Ayah Ava setelah dirinya puas dengan tawanya.

Tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi, Abi secara tak sadar membuka mulutnya. "Maksudnya, Om?"

"Gapapa deh, Saya jadi libur seminggu. Saya nitip Ava ya, siapa nama kamu?" Pria itu memicingkan matanya ke bet nama diatas saku berlambangkan OSIS milik cowok itu, berharap penglihatannya menjadi jelas.

Menyadari beliau kesusahan melihat dengan jelas karena faktor usia, sontak Abi maju satu langkah dan menarik bet nama yang terjahit dengan rapi di atas seragamnya tersebut dan menunggu sampai pria paruh baya itu dapat membaca namanya dengan jelas.

Bully saja Abi yang tak berperi-keorangtuaan. Padahal cowok itu bisa mempersingkat waktu dan mempermudah Ayah Ava dengan tinggal menyebutkan namanya saja. Tapi dia malah menyusahkan pria paruh baya itu, sampai beliau harus mengambil kacamata yang tergantung di bajunya dan kembali fokus ke bet nama tersebut.

"Abunaya Aharon Shuwn," ucap Ayah Ava terbata saking bekerja kerasnya membaca nama cowok itu. "Abu?" panggil beliau.

Mendengar ada yang aneh dengan namanya Abi tersadar. "Abi, Om. A-bi-na-ya." Cowok itu membuka mulut selebar-lebarnya, persis seperti guru PAUD yang sedang mengajarkan muridnya membaca.

"Abu mah monyetnya Aladdin," bisik Abi menghadap ke arah lain, berharap agar pria paruh baya di depannya ini tidak mendengarnya.

Cowok itu heran, baik anak maupun ayah, mengapa ketika dia berbicara dengan keduanya selalu berhubungan dengan monyet. Walaupun Ayah Ava tidak sengaja salah menyebutkan namanya tapi tetap saja mengingatkannya pada teman sekaligus peliharaan salah satu tokoh Disney yang sangat terkenal itu. Apakah wujud Abi memang mirip dengan hewan primata tersebut?

Mendengar nama Abi, sontak Ava yang baru saja mandi dan berganti baju dengan piyama -walaupun ini masih jam lima sore, tapi Ava memang memiliki kebiasaan selalu mengenakan piyama sehabis mandi sore- langsung berlari ke arah pintu, dimana dia melihat ayahnya sedang berdiri dan asik berbincang dengan seseorang.

"Ngomong sama siapa, Yah?" Ava tidak bisa melihat jelas siapa orang di depan pintu karena terhalang oleh tubuh ayahnya.

Mendengar suara anak gadisnya, pria paruh baya itu sontak memutar badannya, bergeser sedikit agar Ava bisa melihat wajah lawan bicaranya, lalu beliau mengarahkan telunjuknya ke wajah Abi. "Abu," jawab ayahnya langsung.

"Ab-" Abi menghela napasnya, "Iya deh Om, Abu juga gapapa. Saya tetep nyaut kok," ucap Abi yang akhirnya pasrah.

Bukan apa, cowok itu masih membutuhkan restu dari pria paruh baya yang sebenarnya sudah membuatnya gemas ini. Daripada dia ribut terlebih lagi yang ditentangnya adalah orang tua, dan beliau adalah ayah dari Ava maka dia hanya bisa pasrah dan berlapang dada dengan nama apapun yang diberikan oleh pria paruh baya yang lebih pendek darinya namun lebih tinggi dari Ava ini.

Prank CallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang