Author POV
***
"Brian?"
Dengan napas yang masih ngos-ngosan, Ava menyebut nama seorang cowok yang sedang menyilangkan kaki dan melipat kedua tangannya seraya bersandar di motor miliknya.
Brian otomatis menoleh ke arah Ava dan memancarkan senyuman tulusnya. "Udah selesai urusannya sama Kepsek?"
"Udah dong," jawab Ava seraya membalas senyuman Brian dengan cengiran kudanya.
"Terus gimana akhirnya?" tanya cowok itu lagi.
"Diskors deh," jawab Ava santai.
Brian mengangguk. "Terus Lo ngga papa?"
Ava mengedikkan bahunya acuh. "Ya gapapa lah, kan lumayan ngga usah belajar. Lagian kalo di kelas kan duduk mulu. Nih ya, kalo kata orang-orang duduk mulu cepet mati tau."
Sontak Brian mendengus geli, cowok itu meletakkan tangannya di atas kepala Ava dan mengelusnya lembut. Menurutnya cewek seperti Ava adalah spesies langka yang harus dijaga dan dilestarikan, karena kalau tidak bisa punah.
"Avasha!"
Keduanya sontak menoleh ke asal suara. Mereka mendapati dua orang cewek yang sangat familiar untuk Ava.
Si anying pake nongol lagi ni curut dua. Gumam Ava dalam hati seraya menunjukkan ekspresi kesal.
"Eh, lagi uwu-uwuan," ceplos Alin dengan suara lantang yang membuat Ava ingin menampolnya sekarang juga.
Berbeda dengan Ava yang menunjukan raut wajah terganggu dan tidak suka, Brian malah menundukan kepalanya untuk menutupi senyuman yang tercetak di wajahnya.
"Sorry, ngga niat ganggu," Soraya melemparkan tas kecil berwarna kuning dengan gantungan kunci dream catcher berwarna pink yang terkait dengan salah satu resletingnya. "Nih, tas lo. Ntar ketinggalan nangis lo."
Dengan sigap Ava menangkap tas miliknya dengan kedua tangannya. "Ngapain juga nangis, orang isinya cuma pulpen doang satu."
"Kak Brian, si Ava ajarin tuh. Jadi cewek jangan barbar a- mphh-" Belum sempat Alin menyelesaikan kalimatnya, Soraya sudah menutup mulut Alin dengan telapak tangannya.
Sementara Ava sudah ancang-ancang melepas sepatunya dan akan menunjukkan atraksi sepatu melayang. Namun itu belum sempat terjadi karena Soraya sudah berhasil menutup kebocoran.
"Kita duluan ya," kata Soraya seraya berjalan pergi menjauhi Ava dan Brian.
Alin otomatis mengikuti Soraya karena lengan sahabatnya itu sudah melingkari pundaknya dengan sangat kencang. Karena kalau tidak Alin yang berada di ambang kepolosan dan kebodohan akan melakukan hal-hal yang akan membuat Soraya dan Ava malu.
"Selamat menempuh hidup baru!" teriak Alin dari kejauhan.
Ya, begitu lah kira-kira salah satu contohnya.
Ava yang tadinya mengira kedua sahabatnya benar-benar sudah pergi, sangat terkejut dengan suara Alin. Gadis berambut pendek itu langsung membalikkan badannya dan akhirnya berhasil menunjukkan atraksi sepatu terbang.
Alin yang menyadari bahwa posisinya terancam -karena Ava sebentar lagi akan bertransformasi menjadi rubah ekor sembilan- langsung lari terbirit-birit untuk menghindari baku hantam.
"Heran, punya temen akhlaknya pada kritis semua," kata Ava seraya berjalan mengambil sepatu yang tadi dilempar, lalu dia memakainya setelah mendapatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prank Calls
JugendliteraturIni adalah kisah dari dua selebriti BK yang dipertemukan secara tidak sengaja akibat sebuah Prank Calls yang salah sasaran. Avasha Qytara Mahveen, cewek bobrok binti galak yang paling anti dengan manusia bernama Abi. Dan Abinaya Aharon Shuwn, cowok...