7. Misi Seorang Abi

168 76 192
                                    

Author POV

***

Jika kebanyakan cewek lain akan meleleh dan tidak akan bisa menolak saat Abi melakukan jurus andalannya, hal itu tidak berlaku bagai Ava.

Dia adalah Avasha Qytara Mahveen.

Belum pernah tercatat dalam sejarah seorang cowok di SMA Bakti Kusuma mampu menaklukkan hatinya. Terlebih lagi cowok itu adalah Abinaya.

Ava membalas senyuman Abi, membuat cowok itu sempat berpikir bahwa jurusnya sukses dan dia berhasil menaklukan cewek bermata coklat tua itu. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama.

Gadis itu menaikkan jari telunjuk dan jempolnya, lalu menjewer telinga Abi sampai membuat cowok itu berteriak kesakitan. "Mimpi!" cetus Ava lantang.

Abi berusaha melepaskan tangan Ava dari telinganya. Cowok itu menjulurkan lidahnya ke tangan Ava sampai air liurnya menempel ke cewek itu, yang otomatis membuat Ava menjauhkan tangannya dari Abi.

"Jorok banget sih lo! Jigong lo nyatu sama kulit gue, anying!" teriak Ava seraya menempelkan tangannya yang terkena liur Abi tadi, ke seragam cowok itu.

Sementara itu Abi mengerutkan alis dan dahinya seraya mengelap mulutnya. "Tangan lo asin, anying!"

"Lagian siapa yang suruh lo icip, anying!" balas Ava tak tinggal diam.

"Gue Abi, anying. Bukan 'anying'," cetus Abi yang semakin melantur.

"Bodo amat, anying! Lo juga manggil gue 'anying' ," balas Ava yang meladeni ketidakjelasan Abi.

Setelah cukup lelah beradu mulut membahas per-anyingan yang tak ada ujungnya, akhirnya keduanya memutuskan untuk mengerjakan hukuman mereka.

Tenang dan damai, itulah suasana yang menyelimuti mereka saat ini. Saking tenangnya sampai tak terdengar suara apapun selain detak jam dan hembusan angin dari AC.

Namun situasi tersebut tak bertahan lama. Salahkan saja Abi karena mulutnya sangat gatal untuk melontarkan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.

Abi tiba-tiba menghentikan pekerjaannya dan meletakkan pulpennya di atas meja kayu tersebut dengan kasar. Membuat Ava sontak terkejut dan menoleh ke arah cowok di sebelahnya itu. "Va! Lo kenapa sih gamau jadi cewek gue?!"

Ava menatap Abi datar lalu kembali kepada fokus kertas di depannya. "Because I'm a queen. Ga sembarang orang bisa naklukin. So just act don't talk. Prove that you deserve me," ucap Ava tanpa mengalihkan fokusnya.

Ava memang hanya punya satu anak panah. Namun sekali dia memanah, anak panah itu langsung menembus sasarannya tersebut.

Itulah yang mewakili perasaan Abi saat mendengar jawaban dari gadis itu.

Menyerah?

Maaf, tapi kata itu tidak ada di dalam kamus besar pedoman hidup Abi. Justru kalimat Ava membuatnya lebih bersemangat untuk menaklukkan hati sang ratu.

Tunggu aja Va, ucap Abi dalam hati.

***

Langit memanglah rumit dan penuh misteri. Tak pernah dapat ditebak kapan mendung dan hujan akan datang. Padahal tadi siang jelas-jelas matahari sangat terik, namun sekarang tiba-tiba sinar matahari meredup dan awan menghitam.

Hari ini adalah hari terakhir masa skors Ava. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, namun Ayahnya belum juga datang untuk menjemputnya.

Prank CallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang