20. Sang Penghancur Mimpi

99 32 147
                                    

Author POV

***

Tok tok tok

"Ava, Ava, main yook!"

Suara ketukan pintu dari seseorang yang memanggil namanya itu seketika terdengar samar di telinga Ava yang masih menyusuri mimpinya.

Tak ada jawaban, karena gadis itu masih bergeming di atas kasur lengkap dengan selimut berbahan lembut yang menutupi tubuh mungilnya.

Lalu, orang di balik pintu itu kembali mengetuk. Kini suara ketukan itu semakin keras.

Tok tok tok

"Ava?" teriak seseorang dibalik pintu.

Perlahan, Ava membuka kelopak matanya yang terasa berat. Gelap, pemandangan itulah yang pertama kali Ava dapatkan. Jelas, karena kalau sinar mentari sudah memenuhi kamarnya, maka dia akan terlambat ke sekolah.

Ava mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba mengumpulkan energinya sehabis tertidur. Kelopak matanya masih terbuka lalu tertutup, sampai akhirnya suara ketukan pintu itu kembali menginterupsi indera pendengarannya.

Tok tok tok

"Avasha!" Kini dia menaikturunkan nada bicaranya.

"Iya, bentar!" teriak Ava dengan suara parau.

Lalu dia mengangkat punggungnya dan turun dari kasur kesayangannya, memakai sandal tidur berwarna kuning dengan karakter winnie the pooh yang menghiasi bagian depannya, kemudian bangkit. Kedua tangannya terulur ke depan, mencoba mencari sakelar yang tak jauh dari tempat tidurnya untuk menghidupkan lampu agar dia bisa melihat dengan jelas.

Setelah menemukan sakelar berwarna putih itu akhirnya ruangan yang sebelumnya gelap kini seketika terang. Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali, menyesuaikan sinar lampu yang menyilaukan matanya.

Dan suara itu kembali terdengar.

Tok tok tok

"Ava? Do you wanna build a snowman?" Tiba-tiba salah satu soundtrack dari film kartun Disney terkenal itu terdengar dinyanyikan oleh seseorang dari balik pintu.

Kesabaran Ava seketika surut. Rasa kantuknya mendadak hilang digantikan dengan rasa kesal yang kini memenuhi dirinya. Dia berdecak lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya dengan kasar.

"Bisa sabar ngga sih?! Ngga tau apa kalo orang bangun tidur itu butuh proses?!" teriaknya tiba-tiba sesaat setelah pintu sudah terbuka.

Mata Ava menangkap sosok Abi dengan mulut terbuka dan menatap gadis itu dengan wajah polosnya. Tangan kanan cowok itu masih mengepal dan terangkat, lalu kedua kelopak matanya mengerjap beberapa kali. Suasana hening selama lima detik.

Ava berdecak, "Lo mau ngapain sih, Bi?" tanyanya seraya mengacak rambutnya frustasi.

Abi menurunkan kepalan tangannya. "Itu ... mau ngebangunin lo, udah pagi. Emang lo ngga mau sekolah?" jelasnya hati-hati.

"Iya-iya gue udah bangun makasih," ucap Ava masih dengan nada ketus. Masih kesal dengan cara cowok itu membangunkannya.

Ava berniat menutup kembali pintunya, namun niatnya terhenti saat melihat Abi yang belum juga beranjak dari tempatnya.

"Yaudah, gue udah bangun. Terus lo mau ngapain lagi? Ngeliatin gue mandi sama ganti baju?" tanya Ava asal.

Diluar dugaannya cowok itu malah mengangguk semangat. "Boleh," ucapnya polos.

Mendengar jawaban Abi, Ava sontak mengangkat salah satu kakinya dan melepas sandal tidur yang sedari tadi dipakainya untuk dilemparkan ke wajah cowok itu.

Prank CallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang