Author Pov
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi, menandakan seluruh aktivitas belajar mengajar pada hari ini telah selesai.
Setelah menyelesaikan hukuman mereka, Abi dan Ava kembali dipanggil oleh Pak Bambang untuk menemuinya di ruang Kepala Sekolah.
Sementara itu Brian juga dipanggil ke ruang OSIS karena ada rapat mendadak yang membahas kepentingan sekolah. Alhasil dengan terpaksa Brian mengikuti rapat OSIS dengan badan lengket dan bau keringat akibat menemani Ava menjalani hukumannya tadi.
"Ini apa, Pak?" tanya Abi seraya mengangkat secarik kertas yang telah diberikan oleh Pak Bambang sesaat setelah dirinya dan Ava tiba di ruang Kepsek.
Ava yang sama bingungnya hanya bisa terdiam dan menunggu jawaban dari sang Kepala Sekolah.
Pak Bambang mengambil napas panjang. "Itu surat pemberitahuan, kalian di skors selama tiga hari akibat perbuatan kalian," jelasnya.
"Oh ..." jawab Ava santai tanpa beban.
Sementara itu Abi membulatkan bibirnya membentuk huruf 'O' seraya mengaggukan kepalanya tanda mengerti.
Sekarang giliran Pak Bambang yang heran. Dia mengerutkan dahinya dan membuka mulutnya lebar secara tak sadar saking bingungnya. Reaksi kedua pembuat onar itu sama sekali tak sesuai dugaannya.
Hanya di SMA Bakti Kusuma dapat ditemukan seorang Kepala Sekolah lebih terkejut dibandingkan siswa yang mendapat hukuman skors. Sementara kedua tersangka tidak menunjukan ekspresi kaget sedikitpun. Hanya aura tak berdosa yang dipancarkan oleh keduanya.
"Loh loh Ada apa ini? Kalian tidak kaget sama sekali? Tidak menyesal sama sekali? Tidak ingin mengatakan sepatah dua patah kata gitu? Kalian di skors!" Pak Bambang menekankan kalimat terakhirnya, berharap mendapatkan respon yang diharapkannya dari kedua muridnya ini.
Ava dan Abi menggeleng kompak. Ekspresi keduanya tak berubah sama sekali dari semula. Datar, tanpa beban dan tanpa dosa.
"Ya udah lah, Pak. Udah terjadi juga mau gimana?" celetuk Ava dengan polosnya. Sementara Abi hanya mengangguk setuju.
Mulut Pak Bambang yang tadi sudah terbuka kini makin melebar. Kedua matanya juga ikut terbuka lebar. "Kalian tak ada rasa menyesal gitu loh? Wong kalian dapat hukuman kok ya gitu amat."
"Pak, buat apa menyesali sesuatu yang udah terjadi? Toh juga dengan kita menyesal ngga bakal ngerubah kejadian yang udah kita lalui kan?" jelas Ava panjang lebar.
Sementara Abi, cowok itu hanya mengangguk setuju dengan apapun yang Ava katakan.
"Siapa yang ajarin kamu ngomong seperti itu Avasha?!" tanya Pak Bambang dengan nada tinggi, pria paruh baya tersebut sudah mulai kehabisan kesabarannya.
"Bunda Saya, Pak," jawab Avasha langsung. Abi kembali mengangguk, ntah apa sebabnya, mungkin kepalanya sudah dirancang sensor otomatis mengangguk saat Ava mengeluarkan suara.
"Besok panggil Bunda kamu ke sekolah!" Perintah Pak Bambang yang sukses membuat ekspresi Ava berubah panik.
"Yah, jangan dong, Pak. Nanti saya bisa ngga dikasih makan. Emang Bapak mau Saya datengin ke rumah Bapak cuma buat minta makan?" ucap Ava dengan wajah memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prank Calls
Teen FictionIni adalah kisah dari dua selebriti BK yang dipertemukan secara tidak sengaja akibat sebuah Prank Calls yang salah sasaran. Avasha Qytara Mahveen, cewek bobrok binti galak yang paling anti dengan manusia bernama Abi. Dan Abinaya Aharon Shuwn, cowok...