10. Keluarga Minions

144 59 176
                                    

Author POV

***

Semenjak kemarin Abi memperlakukan Ava melebihi biasanya. Seakan cewek berambut pendek itu adalah seorang ratu dan Abi adalah seorang pelayan sekaligus bodyguard yang selalu melayani dan menjaga Ava.

Seperti mengelap jok motornya sebelum gadis itu naik, memakaikan dan melepaskan helm, sampai mengelap gagang pintu rumah Ava sebelum gadis itu masuk ke rumahnya sendiri.

Lalu apakah perlakuan Abi membuat Ava terkesan dan luluh?

Tentu tidak.

Bukannya bahagia Ava malah merasa risih sekaligus heran. Entah setan apa yang sedang merasuki Abi tapi Ava benar-benar ingin me-ruqyah cowok itu agar dia berhenti bersikap berlebihan seperti itu.

Seperti saat ini, waktu baru menunjukan pukul 05.30 tapi motor Abi sudah terparkir sempurna di depan teras rumah Ava yang sangat simple namun terlihat estetik. Kemarin dia sudah meminta izin dengan Ayah Ava bahwa dirinya akan menjemput dan juga mengantar Ava ke sekolah yang tentu saja diiyakan oleh pria paruh baya itu.

Padahal perjanjian mereka hanya mengantar Ava pulang, tapi yang namanya usaha. Tentu Abi tidak ingin kalah dari Brian.

Cowok itu mengenakan helm berwarna kuning menyala dan satu helm lagi untuk Ava tergantung di salah satu stang motornya dengan warna senada dengan miliknya.

Ya, sehabis mengantar Ava pulang kemarin, Abi sengaja membeli helm couple berwarna kuning menyala dengan gambar hati diatasnya agar dia bisa menggunakan sesuatu yang kembar dengan yang akan dipakai Ava nantinya.

Kenapa harus warna kuning?

Karena Abi sudah melakukan riset kepada Ava, seperti piyama yang dipakai Ava kemarin, motor yang digunakan Ayah Ava, dan masih banyak lagi. Bahkan cowok itu sampai men-stalk semua akun sosial media milik Ava. Itulah mengapa cowok itu sangat yakin bahwa gadis impiannya itu sangat menyukai warna kuning.

15 menit sudah berlalu, pintu yang sedari tadi tertutup kini terbuka lebar. Abi sontak menoleh dengan mata berbinar, berharap matanya menemukan sosok Ava dari balik pintu tersebut.

Namun harapannya sirna, yang keluar dari pintu tersebut adalah seorang anak laki-laki yang sudah rapi dengan seragam putih merah lengkap dengan tas berwarna kuning dan juga gagang permen yang terlihat keluar dari mulutnya.

Fix ini keluarga minions, batin Abi saat melihat ornamen di tubuh anak laki-laki itu yang sebagian besar berwarna kuning.

Anak laki-laki itu berjalan mendekati Abi, cowok itu berusaha menunjukan ekspresi ramah dengan melontarkan cengiran kuda kepada anak itu.

Namun, tanpa mengindahkan raut wajah Abi, anak laki-laki yang gembul itu mengalihkan pandangannya ke arah tas gitar yang menggantung di punggung Abi. Dia mengeluarkan permen yang sedari tadi berada di dalam mulutnya lalu, "Bunda! Di depan rumah kita ada pengamen!"

Abi yang terkejut dengan pemikiran anak laki-laki yang tak lain adalah Tyo, adik Ava itu sontak langsung turun dari motornya dan melambaikan kedua tangannya. "Dek, Abang bukan peng-"

Ucapan Abi sontak terhenti saat melihat seorang wanita cantik dengan hijab yang menutupi kepalanya dan sebuah gamis berwarna kuning yang lebih mirip dress saking indahnya, keluar dari pintu berwarna coklat itu. "Mana pengamennya, Dek?" tanya wanita itu dengan uang kertas berjumlah dua ribu rupiah yang digenggamnya.

Bunda Ava adalah seorang stylish sekaligus designer, beliau juga memiliki butik yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah mereka. Jadi tidak heran penampilannya sangat jauh dari kata biasa.

Tyo mengarahkan telunjuknya ke arah Abi. "Ini, Bun!"

Yang ada dipikiran Abi saat ini adalah, bagaimana bisa wanita se-anggun ini memiliki anak seganas Ava?

"Nih," Wanita itu menyodorkan uang yang sedari tadi digenggamnya ke arah Abi, yang membuat cowok itu tidak bisa menolaknya. "Kamu nyanyinya pelan-pelan aja ya. Masih pagi, takut tetangga pada bangun," lanjutnya.

Raut wajah Abi yang tadinya plonga-plongo saking terpesonanya dengan penampilan wanita itu seketika berubah, cowok itu kembali melontarkan cengiran kudanya, "Selamat pagi, Bunda!" ceplosnya tiba-tiba.

Sontak wanita berkulit putih itu mengerutkan dahinya heran. "Sejak kapan kamu jadi anak saya?"

Sadar akan kebodohan yang kembali membuat dirinya menanggung malu Abi berdecak. "Maaf, maksud saya Tante," ucap Abi mengoreksi.

Penasaran dengan keributan yang sedang terjadi di depan rumahnya, Ayah Ava ikut keluar dan bergabung dengan ketiganya. "Ada apa ini ribut-ribut?" tanyanya sesaat ketika dirinya sudah berada di teras rumahnya.

Bunda Ava sontak menoleh ke arah suaminya, "Ini, Mas. Ada pengamen ngaku-ngaku jadi anak kita," ucap wanita itu polos.

Pria paruh baya itu memicingkan matanya, memfokuskan bayangan seseorang yang familiar untuknya. "Abu?" ceplosnya saat dia sudah yakin dengan ingatannya.

Abi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu dia melontarkan cengiran canggungnya. "Iya, Om. Saya Abu."

Dia bersyukur Ayah Ava masih mengingat dirinya. Walaupun pria paruh baya itu masih salah menyebutkan namanya, tapi setidaknya 'Abu' masih lebih baik dibanding dianggap seorang pengamen.

"Ini si Abu, kok dibilang pengamen sih?" Kini pria paruh baya tersebut melontarkan pertanyaan itu kepada istrinya.

Bunda Ava mengangguk tanda mengerti, "Oh, si rentenir bensin itu?" tanyanya kemudian.

Secara otomatis bola mata Abi bergerak ke arah wanita itu. Sudah dibilang pengamen, dianggap rentenir pula. Kini dia tau darimana sifat bobrok Ava itu berasal.

"Selamat pagi dunia!"

Seketika perhatian semua orang mengarah ke cewek berponi yang sedang mengarahkan kedua tangannya ke atas langit itu. Ya, Ava baru keluar dari singgasananya.

"Ayo, Nak. Dipercepat, si Abu udah nungguin kamu itu," ucap Ayah Ava mengingatkan.

Gadis itu kini melayangkan tatapannya ke arah Abi yang sudah menatapnya dengan senyuman seraya menaikturunkan alisnya. Ekspresi cowok itu tentu saja membuat Ava melontarkan raut wajah jijik.

Ava menghampiri Ayah dan Bundanya lalu mencium punggung tangan keduanya kemudian mengacak rambut Tyo yang sudah susah payah ditata oleh bundanya, lalu dia berlari ke arah motor Abi sebelum kena semprot wanita yang sudah melahirkannya itu.

Setelah berpamitan dengan Ayah dan Bunda Ava, Abi menyalakan motornya dengan Ava yang sudah berada di jok belakang dan lengkap dengan helm di kepalanya.

"Hati-hati ya, Bu," ucap Ayah Ava kepada Abi saat kedua anak berseragam putih abu-abu itu sudah siap di atas motor.

"Ayah, nama dia Abi bukan Abu," cetus Ava mengoreksi yang membuat Abi bahagia bukan main.

"Oh, Abi," Pria paruh baya itu mengangguk tanda mengerti. Diikuti dengan anggukan Abi yang tak kalah bersemangat. "Yaudah hati-hati ya, Bu."

Panggilan terakhir dari Ayah Ava sontak membuat Abi menghela napas panjang dan menjalankan motornya, meninggalkan ketiga anggota keluarga Ava yang terfokus dengan helm kembar yang dipakai oleh mereka berdua.

Ck, besok gue revisi akte kelahiran ajalah, batin Abi gemas.

***

T
B
C

Maaf ya part ini segini doang, karena kalau di lanjutin kepanjangan.

Di next part aku mau ngasih surprise! Tunggu ya!!

See u on Wednesday!!

Prank CallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang