20. Ambisi

15 3 0
                                    

Setelah camping dan libur panjang. Tepat hari ini siswa maupun siswi SMA Pelita Harapan kembali belajar di sekolah.

Lavani yang sedang merapihkan seragamnya di depan cermin, tersenyum senang. Ia sudah membulatkan tekad, untuk meningkatkan peringkatnya di kelas 12 ini.

Ia mengambil tas army yang dibelikan Sarah kemarin. Lalu, ia sampirkan di bahu kanannya dan menuruni tangga dengan perlahan.

"Pagi Bunda," Lavani tersenyum manis pada Sarah yang sedang mengolesi selai di roti tawar.

"Pagi sayang, mau selai apa Lav?"

"Strawberry susu dong."

Sarah terkekeh melihat putrinya yang sedang lahap memakan roti selai strawberry susu kesukaannya.

"Bun, Lav mau bekal."

"Tumben, ntar ya Bunda ambil tempatnya."

Jagat
gue di depan rumah Lo

uhuk

Lavani tersedak membaca pesan dari Jagat. Untuk apa Jagat kerumahnya?

"Pelan-pelan Lav," Sarah menyeru lalu memberikan tempat bekal yang sudah berisi nasi goreng yang dibuat Mbok Siti.

"Bun, Lav pamit ya." Lavani menyalimi tangan Sara dan mencium kedua pipi sang Bunda.

"Diantar Mang Ujang aja ya Lav."

Lavani memikir sebentar, lalu mengangguk. Jika ia memilih naik angkot pasti Jagat memaksa untuk berangkat bersamanya.

Sarah keluar rumah dan sedikit kaget melihat Jagat duduk di kursi depan rumah mereka.

"Loh Lav, ini temannya kenapa ga disuruh masuk."

Lavani yang di dalam rumah melotot dan segera menuju luar.

Jagat tersenyum, "hai tante. boleh saya menjemput Lavani biar bareng ke sekolahnya?" izinnya.

Lavani semakin melototkan matanya, jika ia menolak pasti Bundanya akan sewot meminta alasan.

"Boleh, kalo boleh tahu nama kamu siapa?"

"Jagat tante, Jagat Eltaraby."

Lavani memutar bola mata malas, bisa-bisanya Jagat sok manis dihadapan bundanya.

Sarah tersenyum, "yasudah, hati-hati ya."

"Kata Bunda tadi Lav berangkatnya sama Mang Ujang. Kenapa jadi sama Jagat?" ujar Lavani

"Kasihan dong Lav, jauh-jauh Jagat jemput kamu. Udah sana pergi sama Jagat aja."

Lavani tak mengerti kenapa Sarah begitu mudah menyerahkannya pada Jagat. Biasanya Sarah lah yang posesif padanya.

Akhirnya ia mengangguk pasrah dan menaiki jok belakang motor Jagat.
Di perjalanan hanya terdengar deru angin dan mesin pengendara lainnya.

Lavani mengerucutkan bibirnya, yang malah membuat gemas Jagat yang melihatnya lewat kaca spion.

Tak berapa lama, kini keduanya telah sampai di parkiran SMA Pelita Harapan. Lavani membuka helm asal, membuat rambutnya sedikit berantakan. Namun sesaat kemudian, tangan Jagat terulur merapikannya.

Keduanya saling tatap dengan jarak yang lumayan dekat. Lavani baru menyadari Jagat memiliki mata indah dan meneduhkan. Namun secepat mungkin ia mengerjap dan mengalihkan pandangannya dari Jagat.

Tanpa mereka tahu, ada sepasang mata melihat dengan tatapan sendu.

Baru saja ia melangkah menjauh, Jagat menarik tangannya.

"Bilang makasih kek."

"Gue ga pernah nyuruh lo untuk jemput dan nganter ke sekolah," ucap Lavani enteng dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

Jagat tersenyum menjengkelkan, "perasaan tadi Bunda lo lembut banget ngomong sama gue, kok anaknya galak."

Lavani menggeram kesal, "bunda ga tahu aja aslinya Lo gimana." Lavani berjalan sembari menghentakkan kakinya.

"Semangat belajarnya cantik." teriak Jagat

Lavani yang masih mendengarnya seolah menulikan telinga. Ia terus berjalan menuju kelasnya. Untung saja belum banyak murid yang datang , jadi ia tidak terlalu malu.

Sesampainya di kelas, ia disambut dengan teriakan Pita.

"LAV, DEMI APA LO BERANGKAT BARENG JAGAT?!"

Lavani menutup telinganya, Pita memang tidak bisa diajak kompromi. Mulutnya yang asal bicara membuat Lavani jengkel kepadanya.

Sedangkan Tiara hanya diam dibangkunya dengan senyum tipis.

"Bisa gak si jangan pakek toa?" tanya Lavani kesal.

"Ya maap Lav, lagian biasanya Lo selalu nolak apapun yang berurusan dengan Jagat."

Lavani jengah, "gue juga ga minta dia jemput gue, Pit. Pagi tadi tiba-tiba ada aja tu si cunyuk. Mana sok manis lagi di depan bunda. Dan lebih parahnya, dengan mudah bunda percayain gue ke dia. Gila gak tuh."

Pita menganga, "ternyata Lo bisa ngomel juga ya."

"Udah Pit, lagi ga mood nih."

Lavani menelungkup kan kepalanya di meja. Sedikit menghilangkan penat otaknya.

* * *

Setelah beberapa jam belajar dan mengajar. Bel yang baru saja berbunyi membuat semua mata murid berbinar. Sebagian langsung ngacir ke kantin, dengan tujuan mengisi perut yang sudah keroncongan.

Lain hal dengan Lavani, ia mengeluarkan bekalnya dan berniat untuk memakannya di perpustakaan. Sudah lama ia tak kesana. Ia begitu merindukan tempat favoritnya itu.

"Pit, gue ke perpus ya," pamit Lavani

"Iya dah."

Lavani segera pergi keluar kelas untuk ke perpus.
Sesampainya di perpus, ia menuju tempat favoritnya. Tak lain dan tak bukan, pojok dekat jendela. Tentunya ia mengambil buku dahulu, dan langsung menempati bangku itu.

Ia menoleh ke arah jendela, beberapa siswa sedang bermain basket. Namun ia tak melihat Kak Geo. Ah iya lupa bukankah ia sekarang kelas 12. Yang artinya kakak kelasnya itu sudah lulus.

Tak mau memikirkan, ia membuka halaman demi halaman buku. Sembari memakan roti selai strawberry susu yang dibawanya tadi.
Ia terhanyut ke dalam cerita tersebut, hingga hatinya terenyuh ketika membaca,

'Dunia tidak diciptakan hanya untuk dirimu saja, jangan egois. Semua ada porsinya masing-masing.'

Ia teringat, selama ini dirinya terlalu memaksakan untuk mengalahkan Jagat. Tapi, ia juga tidak mau menyerah. Ia yakin suatu saat, pasti menjadi yang pertama lagi.

~
Tekan bintang beb
See you next part sayang

udah mau ganti tahun ya, 2020 mu bagaimana?

Ambil baiknya buang buruknya

Des 29 20

Hai Lava! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang