16. Pelukan hangat

22 4 0
                                    

Beberapa minggu berlalu. Lavani, Pita, dan Tiara tampak seperti sahabat yang sudah kenal sejak lama. Selama itu juga Jagat terlihat menghindari ketiganya. Entahlah, Jagat dibuat bingung sendiri dengan perasaannya. Kadang ke Lavani terus Tiara ntar Lavani lagi terus Tiara lagi. Lebih baik ia menjauhi keduanya saja kan?

Tiara juga belum sempat bicara banyak dengan Jagat. Terakhir waktu pratikum biologi beberapa minggu lalu. Dia juga tahu diri, bahwa jelas Jagat menghindarinya. Dan banyak sekali ia dengar bahwa Tom and Jerry nya SMA Pelita Harapan sedang perang dingin. Tiara jadi kepo, hubungan Lavani dan Jagat dulu seperti apa? Namun, ia selalu saja menepis rasa penasaran itu. Karena ia sendiri sudah menganggap Lavani sebagai sosok sahabat.

Tak terasa hari ini adalah pembagian raport mini. Yaitu hasil dari nilai Penilaian Tengah Semester kemarin. Lavani berharap kali ini ia bisa menempati juara kelas, alias mengalahkan Jagat. Tapi, sepertinya ia harus kubur dalam-dalam harapan itu.

"Selamat ya Lavani." Bukan Pita, namun Tiara yang mengucapkan selamat kepadanya. Mungkin, Tiara tidak tahu bahwa setiap tahunnya juga seperti ini. Walau begitu, Lavani tersenyum tulus pada Tiara seraya mengucapkan terima kasih.

Tiara celingak-celinguk mencari keberadaan Jagat. Ia sudah memutuskan, setidaknya ia mengucap selamat pada pada Jagat. Namun, sampai sekarang batang hidungnya belum juga tampak. Lalu, ia memutuskan untuk menunggu di halte depan sekolah.

"Tiara, kita duluan ya." Pamit Pita dan Lavani. Karena keduanya sudah dijemput.

Jagat yang baru datang sudah dapat mengira bahwa ia juara kelas. Dan artinya Lavani kalah lagi darinya. Namun, saat ia memasuki gerbang matanya melihat Tiara yang sedang duduk sendirian di halte. Tampak gadis itu sedang meringkuk sedikit kedinginan. Ya, cuaca hari ini sedang tidak bersahabat. Dengan gerimis dan hawa dingin menemaninya.

Jagat menepis perasaan empati pada Tiara. Ia melajukan mobilnya menuju parkiran sekolah.

Setelah menyalami guru dan mengambil rapot, dengan waktu sekitar 20 menit. Karena ia mendapat kultum singkat dari wali kelasnya.

Karena merasa tidak ada urusan lagi di sekolah, langsung saja ia memutuskan untuk pulang. Namun, gadis yang ia lihat tadi masih setia duduk sendirian di halte. Tanpa pikir panjang ia menghampirinya.

"Masuk."

Tiara mendongak, dengan raut wajah bingung.

"Udah, ayo masuk!" Jagat menarik tangan Tiara lalu mendudukkannya ke kursi mobil.

Tiara tak dapat menolak. Karena ia pun tak tahu bagaimana ia pulang. Bodohnya ia tak membawa handphone nya untuk memesan ojol.

"Ini bukan jalan apartemen ku," celetuk Tiara setelah beberapa waktu tadi hanya ada keheningan.

"Apartemen?" Jagat mengernyitkan dahinya.

"Ya, sekarang aku hanya sendiri dan tinggal di apartemen pemberian Opa. Walaupun Opa sama tempramen nya seperti Papi, setidaknya ia masih menunjukkan kasih sayangnya kepadaku." Tanpa sadar Tiara mengeluarkan unek-unek di hatinya.

Jagat sedikit terkejut lalu menormalkan kembali raut wajahnya.
Sebenarnya jauh di lubuk hatinya, tersimpan setitik rindu pada Tiara. Walau bagaimanapun Tiara adalah teman kecilnya.

"Ke rumah gue dulu, gimana?"

Tiara menoleh, "boleh?"

"Ya boleh lah, Ti."

"Lagian aku tu bingung, kamu menghindariku."

Jagat hanya bergumam dan melajukan mobilnya, hingga sampai di pekarangan rumah mewah milik keluarga Jagat.

Rumah Jagat tampak sepi. Hanya ada Bi Siti yang sedang menyiapkan makan siang.

Tiara sedari tadi mengekori Jagat, karena sudah lama sekali ia tak kesini. Seingatnya, tak ada yang berubah hanya sedikit tanaman di taman saja yang tampaknya sudah berbunga.

"Duduk Ti, ngapain ngebuntutin gue?"

"Eh." Tiara langsung mendudukkan bokongnya di sofa ruang tamu.

"Mama kemana, Bi?"

"Katanya ada arisan tadi den."

"Buatin coklat panas 1 ya Bi, untuk gadis di ruang tamu."

Bu Siti mengangguk, sedangkan Jagat menaiki tangga menuju kamarnya.

"Ini non, coklat panasnya."

Tiara tersenyum, "makasih Bi Siti."

"Loh non tau nama saya?"

"Bi siti ga ingat aku siapa?"

Bi Siti tampak mengingat-ngingat namun nihil ia tak mengingat apapun tentang gadis cantik dihadapannya.

Jagat yang menuruni tangga langsung menyambung, "Tiara Bi, yang dulu rumahnya di samping kita. Temen kecil Jagat."

"Owalah, nak Tiara toh. Sekarang tambah cantik aja. Kalo gitu bibi mau ke dalam dulu ya."

Tiara tersenyum mengiyakan.

"Eum...Jagat."

Jagat menaikkan alisnya, seolah berkata 'apa?'.

"Maaf dan terima kasih."

Jagat mengernyit, "untuk?"

"Semuanya. Untuk kejadian dulu, dan akhirnya kamu mau temenin aku lagi. Waktu awal aku masuk sekolah itu, aku bingung harus gimana. Karena aku ga tau rasanya sekolah umum. Dan syukurnya ada Pita dan Lavanu yang mau jadi temenku." Jelas Lavani panjang

"Yang dulu ga usah diingat lagi. Lo apa kabar?"

Tiara tahu pertanyaan Jagat bukan menanyakan fisiknya, tapi keadaan sekarang maupun mental dan hatinya.

"Baik."

Ya, setidaknya sekarang dirinya lebih baik dari sebelumnya. Walaupun masih sering merasa tertekan dan kesepian.

"Kalo ada apa-apa cerita ke gue, jangan dipendam sendirian."

Tiara mengangguk, lalu menyesap coklat panas yang sudah dihidangkan.

Karena merasa sedikit gerah Tiara membuka jaket nya. Bodohnya ia melupakan bekas luka sayatan yang ia buat di lengan kirinya.

Jagat membelalakan matanya, jelas itu sayatan yang disengaja.

"Ti, Lo gila?!"

Tiara menatapnya bingung, "hah?"

"Sejak kapan Lo lukain diri kayak gitu?" Jagat menatapnya dengan raut marah dan khawatir.

"Biasa, sejak aku pindah ke Amerika. Aku ga punya teman disana. Setiap aku tertekan aku akan melakukannya."

Jagat menarik Tiara ke pelukannya. Mengusap kepala gadis itu "jangan lakuin itu lagi, Ti. Gue disini."

Setelahnya Tiara menangis menumpahkan kesedihannya. Pelukan hangat dari Jagat membuat ia nyaman. Sudah cukup 4 tahun ini ia memendam segala rasa sakit. Dan baru sekarang ia menemukan kembali teman pertamanya. Teman yang selalu ada untuknya kala itu. Jagat Eltaraby teman sekaligus cinta pertamanya.

~
Tekan bintang dong
See you next part sayang

Ambil baiknya buang buruknya

Nov 21 20






Hai Lava! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang