Setelah satu bulan lamanya belajar yang dibimbing oleh Pak Bagus, tepat hari ini Jagat dan Lavani berjuang untuk sekolahnya. Ya, lomba olimpiade tingkat nasional telah tiba. Lapangan Sekolah Menengah Atas Pelita Harapan kini penuh dengan siswa, siswi maupun guru. Memang sudah menjadi tradisi turun menurun, jika ada yang turun untuk mengikuti lomba maka semuanya ikut mendukung, dan berdoa bersama-sama."SEMANGAAAT!"
"Tom and jerry pasti bisaaa."
"Gue yakin kalian pulang bawa senyum bahagia."
"Jangan lupa berdoa dulu yaaa Lav."
"Jagaaat, aku padamu."
"Jagat, jagain bebeb gue ya!"
"Jangan ngambil kesempatan dalam kesempitan, Gat!"
Begitulah sekiranya teriakan dari teman-teman mereka. Keduanya hanya menebar senyum tulus, berharap bahwa mereka bisa memberikan hasil sebaik mungkin.
Setelah melambaikan tangan kepada seluruh warga sekolah, kini keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Lavani dan Jagat berada di belakang, sedangkan Pak Bagus berada di depan sembari ngobrol singkat dengan supir. Lavani dengan headset yang menyumpal telinganya, dan Jagat hanya diam dengan raut wajah bosan. Pasalnya, butuh waktu 2 jam lagi untuk mereka sampai.
"Lav, mau dengerin juga dong."
Lavani melirik sekilas Jagat, lalu ia menarik salah satu headsetnya dan memberikannya pada Jagat.
"He said One day you'll leave this world behind So live a life you will remember. Lo juga suka lagu ini?"
Lavani hanya menganggukan kepalanya tanpa mengalihkan pandangan dari jendela mobil.
"Gue juga suka, artinya ngenak banget woi sampai ke relung hati." ucap Jagat dengan kekehannya
"Iya, sedih banget tau pas denger lagu ini."
"Yaudah ganti aja lagunya."
Lavani mengernyit, "kenapa?"
"Gue ga mau lo sedih."
Bisa-bisanya Lavani merasakan pipinya panas, ah tidak ia malu sekarang.
"Lo sakit? Pipi lo merah." Jagat yang tak paham bahwa Lavani blushing malah dikiranya gadis itu sedang sakit.
"Yaelah, Lavani itu malu kamu gombalin. Gitu aja ga tahu, sini belajar seputar cewek dengan saya," Kini Pak Bagus angkat suara, sedari tadi memanglah ia menyimak pembicaraan kedua remaja itu.
Hancurlah sudah reputasi Lavani di depan Jagat, Pak Bagus kenapa juga ikut nimbrung. Kini ia malah menyembunyikan wajahnya ketika Jagat menelisik sedikit kearahnya.
Entah kenapa mata Lavani terasa mengantuk. Ia melirik pergelangan tangannya, masih butuh satu jam untuk sampai. Lalu, ia pejamkan matanya berharap dapat terlelap walaupun sebentar.
Jagat yang sedari tadi fokus dengan gedget nya kini terlonjak kaget, saat kepala Lavani menyentuh bahunya.
Jagat yang iba pun tak ingin membangunkannya, ia biarkan saja Lavani bersender di bahunya.Dengan iseng ia memotret Lavani yang entah kenapa semakin cantik jika sedang tidur. Lalu ia post di insta story, bertuliskan "bahu gue itu sandarable banget," tenang hanya di close friend kok. Paling isinya teman sekelas Jagat.
* * *
Jagat dan Lavani kini berada di regu A, dengan 3 regu yang berada di samping meja mereka.
Skor regu A dan C kini kejar-kejaran. SMA Pelita Harapan dan SMA Garuda Bangsa. Peraingan sengit ini mampu membuat tangan Lavani dingin. Hati cemas, dan mata terpejam mengingat-ngingat kembali materi yang telah ia pelajari.
Lain hal nya dengan Jagat, ia terlihat santai. Bukannya sombong, tapi memang semua materi terasa di luar kepala baginya. Tak heran sedari tadi banyak yang terkagum-kagum dengannya.
"Ya, seperti yang sudah kita saksikan. Sekolah dengan skor tertinggi, ialah....."
"SMA Pelita Harapaaan." Suara MC yang menggema di ruangan tersebut. Tampak senyum bangga dari Jagat maupun Lavani. Pak Bagus yang melihatnya pun ikut tersenyum, melihat anak didiknya berhasil.
Jagat dan Lavani diminta untuk ke panggung bagian depan. Dengan SMA Garuda Bangsa disamping mereka, lalu ada SMA Bumi Pertiwi setelahnya. Medali serta piala dan uang tunai yang kini ada dalam genggamannya. Sedari tadi ruangan penuh dengan suara kamera yang memotret mereka.
"Selamat ya buat kalian, saya hanya perantara saja kedepannya kalianlah yang menentukan," Pak Bagus mengusap bahu Jagat, dan pucuk kepala Lavani lembut.
"Terima kasih Pak."
"Mau jalan-jalan? Mumpung lagi di sini."
Mata Lavani berbinar, "mau banget."
"Sekarang kalian istirahat sebentar, sekitar pukul 3 sore baru kita jalan-jalan."
"Siap, komandan!" Jagat memberi hormat pada Pak Bagus.
* * *
"Dorong yang kencang Gat!"
Jagat menurutinya, dengan mendorong ayunan yang dinaiki Lavani. Sedangkan gadis itu, menatap langit dengan senyum indah yang setia terukir di wajahnya.
Tujuan mereka adalah taman, alasannya karena tidak terlalu ramai dan sumpek. Dengan pemandangan kebun bunga serta pohon yang rindang membuat siapa saja yang berada di sana merasa tenang. Kolam ikan koi, dan beberapa permainan yang bertengger di sana. Membuat jiwa kekanakan Lavani memberontak untuk tak mencobanya satu-satu.
Jagat hanya menuruti saja kemauan tuan puterinya. Hubungan mereka hanya sebatas teman, tapi entahlah kenapa Jagat suka dengan nama tuan puteri."Langitnya indah banget ya, Gat."
"Biasa aja, masih indah juga tuan puteri gue."
"Idih, seindah apa sih tuan puteri lo?"
Lavani mencebikkan bibirnya kesal."Idih, kepo."
"Au ah, Lo ngeselin."
Setelah percakapan singkat itu, Jagat maupun Lavani bungkam. Menikmati alam disekitarnya. Hingga warna jingga menyapa dengan indahnya.
~
tekan bintang dong, aku maksa hihi.
see you next part:)Ambil baiknya buang buruknya.
Oct 30 20
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Lava!
Novela JuvenilTentang sepasang remaja yang terjebak dalam kesepakatan mereka sendiri. ~ Selamat membaca, semoga hari kamu menyenangkan:) Cover by : @bingkaikertas