Setelah menjadi partner olimpiade kini Jagat dan Lavani terlihat semakin dekat. Dekat dalam artian Jagat yang selalu menjahili Lavani. Mereka masih di cap Tom and Jerry nya pelita harapan.
Di kelas IPA 1 sekarang sedang free class. Ucup dan Tyo sudah bertengger di atas meja sambil dangdutan. Sedangkan lainnya ada yang bergosip serta tidur dengan nyenyaknya.
Berbeda dengan Lavani yang fokus di buku novelnya. Tak lupa headset yang ia gunakan untuk menyumpal kupingnya agar suara bising tidak terdengar.
"Lav."
"Lavaniii."
"Jagat jangan ganggu!" Pita yang sedang asyik memakan ciki memekik pada Jagat.
Lavani sadar walau ia tidak mendengar suara Jagat dengan jelas. Tapi ekor matanya dapat melihat Jagat yang mendekat ke bangkunya.
"Gue manggilnya Lavani bukan lo," balas Jagat menatap sinis Pita.
"Lav."
Lavani yang merasa jengah pun menatap malas Jagat yang menatapnya dengan senyuman manis.
Lavani menaikkan alisnya seolah berkata 'apa?'
"Nih."
Lavani menatap heran dengan sesuatu dibalut kertas kado dengan pita yang membuatnya terlihat manis.
"Ambil," perintah Jagat.
"Buat?"
"Ya buat lo lah," Jagat menatap kesal wajah datar Lavani.
"Gue ga lagi ulang tahun."
"Ya gapapa, yakali ngasi kado cuma di hari ulang tahun doang."
"Gue ga mau."
"Ambil, gue maksa."
"Ga."
"Gue cuma mau lo terima, itu aja."
"Tapi gue ga mau."
Jagat menghela nafas berat, "Lavani, gue serius."
Lavani melihat mata Jagat, lalu dengan cepat mengambil bungkusan kecil itu. Lavani hanya tak mau memperpanjang masalah. Jika Jagat sudah begitu, maka sudah dipastikan sesuatu akan terjadi pada Lavani.
"Makasih."
Jagat yang berada di depan bangku Lavani menatapnya lekat.
"Apa lagi?" tanya Lavani
"Ga ada apa-apa."
"Kenapa masih disini?"
"Ini tempat umum."
Lavani memilih kembali membaca novelnya. Sebenarnya ia penasaran bingkisan yang di beri Jagat itu isinya apa. Karena jarang-jarang Jgaat bersikap baik padanya. Apakah 30 hari kemarin merubah segalanya?
Tak ia pungkiri dirinya semakin dekat dengan Jagat. Walaupun ia masih malas jika penyakit jahil Jagat kambuh."Gat, kantin yok." Ucup berteriak dengan dirinya yang masih di atas meja.
"Ga bosen apa lo gangguin Lavani terus? mending ngantin," sambung Tyo
"Gue ke kantin dulu, Lav. Titip hati gue ya."
Lavani melototkan matanya. Bisa-bisanya Jagat berteriak seperti itu.
"Ntar benaran kepincut tuh anak," ucap Pita
"Hush jangan ngomong gitu."
"Lagian, satu hari aja ga ganggu lo ga bisa apa?"
"Ya mana gue tau."
"Eh buka dong kado yang dikasi Jagat."
"Buka aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Lava!
Teen FictionTentang sepasang remaja yang terjebak dalam kesepakatan mereka sendiri. ~ Selamat membaca, semoga hari kamu menyenangkan:) Cover by : @bingkaikertas