04. Pingsan

47 6 3
                                    

H

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H

ari ini kelas X IPA 1 ada pengambilan nilai praktek lari maraton. Semua siswa maupun siswi bersiap-siap di tepi lapangan sembari menunggu namanya di sebut.

"Kusut aja tuh muka mau gue setrika?" tanya Pita

Lavina tampak murung, setelah kemarin membersihkan mulmed dan pulang menaiki sepeda, badannya benar-benar remuk.

"Lo sehat kan Lav?" tanya Pita lagi

"Cuma kecapekan dikit."

Pita menggelengkan kepalanya, dasar nih anak keras kepala selain mukanya yang murung ia juga tampak pucat dan tak seperti biasanya.

"Lo UKS aja sana, biar gue izinin sama Pak Robi."

Lavani menggeleng pelan, "gue bisa kok." Diakhiri senyum tipis di pipinya.

Melihat Lavani yang tak bisa dibantah, Pita mengurungkan niatnya untuk memaksa anak itu ke UKS.

"Jagat Eltaraby, Kasaka Aryeswara, Lavani Prameswari, Meisa Asyila, Nayara Inshira."

Merasa namanya dipanggil Lavani mengambil posisi dibelakang garis start yang sudah disiapkan.

"Lari semampu kalian, Oke. 1....2.....3....."

Priiiiiiit

Baru lari beberapa meter, kepala Lavani terasa berat , kakinya lemas. Dengan pandangan yang berkunang-kunang, ia masih berusaha mengerjapkan matanya, namun–

Bruk

Baru saja Jagat ingin melihat keadaan Lavani, Saka langsung menggendong Lavani dan membawanya ke UKS. Ada rasa kekhawatiran di dalam diri Saka.
Semua perhatian tertuju pada Saka, si beton es itu banyak membuat kaum hawa meleleh.

Pita langsung segera bergegas membututi Saka, firasatnya benar Lavani sedang tak baik-baik saja.

Bu Santi selaku petugas langsung memeriksa keadaan Lavani.

"Dia baik-baik saja kan Bu?" tanya Saka dengan mata sendu, tak biasanya ia seperti ini.

Pita mengamati gerak-gerik Saka, si muka triplek bisa khawatir juga, pikirnya.

"Lavani hanya kecapekan, sebentar lagi ia akan pulih. Lebih baik kalian lanjutkan prakteknya, biar ibu yang menjaga Lavani."

Mendengar penuturan dari Bu Santi Pita maupun Saka merasa lega. Keduanya masih harus melanjutkan praktek dari Pak Robi. Walau dalam hati mereka sangat ingin menunggu Lavani.

Disisi lain di hati Jagat tersirat kejadian semalam, dimana Lavani meminta bantuan kepadanya namun ia abaikan. Rasa gengsinya terlalu tinggi untuk itu semua. Melihat Saka dan Pita yang baru keluar dari UKS, rasanya ingin sekali bertanya keadaan gadis itu.

Beberapa saat ia tersadar, sesama manusia memang harus peduli kan?

Setelah praktek selesai, Saka langsung ikut kumpul dengan Jagat, Tyo dan Ucup di bawah pohon dekat taman.

Hai Lava! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang