Disaat berjalan tak sengaja ia berpapasan dengan Aline, anak IPS 2 fans fanatik Jagat.
"Eh, lo Lavani kan?" Yang ditanya hanya mengangguk, "lo disuruh Bu Rini ngambil bangku di gudang." Lanjutnya.
"Oh oke, makasih infonya."
Lavani pikir mungkin Bu Rini tak melihat ia ikut membersihkan kelas, makanya disuruh ambil bangku di gudang.______
Lavani melangkahkan kakinya menuju pojok lantai 3, dimana gudang terletak. Dibukanya pintu yang anehnya tidak terkunci.
Hatcii...
Debu tebal yang ada di gudang ini membuat Lavani bersin-bersin. Ruangan ini gelap, secuil cahaya hanya bersumber dari celah gorden yang sedikit terbuka. Dengan cepat ia mengambil bangku lalu mengangkatnya menuju pintu.
Ceklek...ceklek...ceklek
"Kok pintunya kekunci," muka Lavani panik, dan masih berusaha membuka pintunya.
"Selamat bersenang-senang Lavani Prameswari. Lagian ngeselin sih, Jagat jadi ngelirik lo terus." Aline tersenyum penuh arti, setelah itu ia melangkahkan kakinya untuk pergi.
"TOLONG! SIAPAPUN DI LUAR, TOLONGIN GUE!" Lavani mengeluarkan suara yang menurutnya sudah paling keras.
Cit...cit...cit
Suara itu membuat Lavani semakin panik. Beberapa tikus berwarna hitam yang berukuran sedang berkeliaran di lantai, membuat Lavani melompat menaiki bangku yang sudah tidak terpakai.
"TOLONG! Hiks, TOLONG!" Ia berusaha mencari pertolongan. Ia tak mungkin dapat keluar lewat jendela karena tertutup tralis, satu-satunya jalan hanya di pintu.
Baru saja ia ingin menelepon Pita, handphone nya mati karena habis baterai. Ia meremas kuat benda pipih itu sembari menangis.
"TO...LONG," Suaranya sudah mulai serak akibat menangis. Namun tangannya tetap memukul-mukul pintu berharap seseorang mendengarnya dari arah luar.
Saka yang ditugaskan untuk membersihkan Laboraturium kimia yang letaknya tak jauh dari gudang, samar-samar ia mendengar suara minta tolong dari arah pojok koridor itu. Alis Saka terlihat bertaut, memastikan apa yang didengarnya barusan.
"Tolongin gue, hiks." Suara Lavani semakin melemah, tangisannya semakin menjadi.
"Ada orang di dalam?" Tanya Saka mendekat ke arah pintu.
"Siapapun lo, tolongin gue. Pintunya kekunci." Lavani berbicara sembari menyeka air matanya.
"Lo tunggu sebentar, gue lagi nyari kuncinya."
Bersyukur Saka membawa semua kunci ruangan di lantai 3. Kuncinya tergabung pada satu tali. Ia melihat beberapa kunci itu, dan menemukan kunci bertuliskan 'gudang'. Tanpa menunggu lama, ia langsung membukanya.
Lavani langsung ambruk di pelukan Saka, tangisannya sudah mulai reda hanya sedu-sedan nya masih tersisa.
Ia menempatkan kepalanya di dada bidang milik Saka. Sudah berapa kali Saka membantunya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Lava!
Novela JuvenilTentang sepasang remaja yang terjebak dalam kesepakatan mereka sendiri. ~ Selamat membaca, semoga hari kamu menyenangkan:) Cover by : @bingkaikertas