Lavani bersyukur karena hari ini adalah akhir pekan, dimana ia gunakan untuk mengistirahatkan dirinya. Juga menyiapkan dirinya untuk Ulangan Kenaikan Kelas do Senin mendatang. Ia meregangkan tubuhnya di atas kasur, lalu menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan kumur-kumur. Setelah dirasanya cukup, ia berjalan menuruni tangga.
Di dapur ia melihat Sarah dan Gandi, pemandangan yang sangat langka. Pasalnya Gandi jarang ikut makan bersama, karena sibuk dengan perusahaannya.
"Tumben Ayah ada di rumah?" tanya Lavani sembari menuangkan susu ke dalam gelas.
Gandi tersenyum, "oma hari ini kesini, Lav."
Mendengar pernyataan dari Gandi membuat perasaan Lavani bercampur antara sedih dan senang. Ia kembali teringat akan kejadian beberapa tahun lalu,
Flashback on
Gadis yang baru ingin beranjak remaja itu menatap sendu kearah sepupunya yang sedang berada dipangkuan oma. Bukannya iri, namun ia tidak pernah diperlakukan sama sedari kecil oleh oma. Tak pernah dicium penuh kasih, setiap bertemu hanya sekedar mencium tangan tanpa ada ucapan-ucapan sayang yang keluar dari mulut omanya.
"Bunda, oma ga sayang Lavani ya?" tanya gadis itu dengan tatapan sendu.
Sarah menatapnya tersenyum manis, "sayang dong nak, dulu waktu kamu kecil juga disayang oma seperti itu." Setelahnya Sarah menghela nafas berat. Mungkin berbohong adalah pilihan terbaik untuk saat ini.
Lavani tersenyum, ia berusaha berpikir positif dan memilih menuju kolam ikan di taman belakang rumah.
Flashback of
"Kapan oma datang?"
"Sebentar lagi sampai, kamu mandi dulu setelah itu kita sarapan bersama." ucap Sarah yang diangguki oleh Lavani.
"Oke Bunda." Lavani beranjak dari dapur dan menuju kamarnya kembali.
☀️ ☀️ ☀️
Wanita paruh baya dengan gaya bak permaisuri memasuki pekarangan rumah megah keluarga Gandi. Disambut hangat dengan senyum manis Sarah.
"Mari, Bu." Sarah merangkul halus punggung mertuanya mengajak ke ruang makan."
Apa kabar, Bu?" Gandi menyalami dan mencium singkat pipi ibunya.
"Baik-baik saja."
"Makan dulu Bu, barangnya biar Mbok yang bawa ke kamar ya."
Disisi lain, Lavani sudah siap dengan pakaian santainya. Ia segera menuruni anak tangga dengan perlahan.
"Halo Oma, apa kabar?" Lavani mencium tangan Omanya. Namun, ketika ia hendak mencium pipi si empunya mengelak.
"Udah yuk, makan." ucap Gandi
Lavani merasa tak enak hati. Aku salah ya hanya ingin mencium Oma? Ah sudahlah untuk apa juga dipikirkan. Sarah juga menatap Lavani dengan tatapan prihatin. Namun segera keduanya mengubah kembali raut wajah seolah tak terjadi apa-apa
Keadaan di ruang makan sunyi,. Hanya ada dentingan sendok yang teratur. Semua terhanyut dalam pikiran masing-masing. Sampai Lavani tak sengaja menyenggol gelas di sanpingnya.
Prang
"Jadi anak gadis itu yang anggun. Jangan ceroboh seperti ini. " Wanita paruh baya itu langsung beranjak dari kursi dan menuju kamar tamu.
"Maaf Oma." Dalam hati ia mengutuk dirinya.
"Mbok, tolong diberesin ya." Setelah mengucap itu Sarah langsung mengelus rambut Lavani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Lava!
Teen FictionTentang sepasang remaja yang terjebak dalam kesepakatan mereka sendiri. ~ Selamat membaca, semoga hari kamu menyenangkan:) Cover by : @bingkaikertas