Di rumah megah milik Gandi terlihat sepasang suami istri itu dengan wajah cemas. Bagaimana tidak sudah hampir tengah malam namun anak gadis mereka belum juga pulang.
"Kamu yang tenang." Gandi mengelus punggung Sarah berharap si empunya merasa tenang.
"Gimana aku bisa tenang, mas?" Tangisan Sarah semakin menjadi sembari memegang secarik kertas.
Teruntuk Bunda kesayangan Lava
Kalau Bunda baca ini berarti aku udah pergi
Terima kasih Bunda telah merawat aku dengan penuh kasih sayang
Sampaikan juga terima kasih aku pada Papa.
Akhirnya aku tahu alasan Oma gak pernah sayang sama aku, karena aku bukan anak kandung kalian.
Tapi aku tetap sayang Oma, kok Bun.
Bunda jangan khawatir karena aku cuma mau cari tahu siapa aku sebenarnya.
Jangan nunggu aku pulang ya, Bun.
Bunda baik-baik disana.
Aku sayang bunda.Tertanda Lavani Prameswari putrinya Bunda
Sarah menemukan surat ini di meja belajar Lavani, saat ia mencari keberadaan anak itu.
Mata Sarah sudah sembab dengan nafas yang tersengal. Walaupun Lavani bukan anak kandungnya tetapi ia sudah menganggap Lavani sebagai putrinya sendiri. Pikiran Sarah mengingat kejadian 13 tahun lalu,
Flasback on
Dalam mobil terlihat sepasang suami istri yang sedang memperdebatkan sesuatu.
"Betul kata ibumu, mas."
"Betul apanya?"
"Menikahlah! Wanita yang dipilihkan ibumu pasti lebih baik dari aku. Dan yang terpenting bisa memberikan kamu keturunan."
"Memang dia Tuhan?"
"Turuti saja apa kata Ibu mu."
"Mengorbankan cinta kita?"
"Jika itu bisa membuatmu jauh lebih bahagia, kenapa tidak?"
"10 tahun kita kenal, 8 tahun kita menikah. Kamu pikir aku mau mengorbankan cinta kita hanya untuk menuruti Ibu ku?"
"Begitulah baiknya mas."
"Sarah, aku menikahimu bukan semerta-merta hanya untuk mendapatkan keturunan. Aku tulus menyayangimu, urusan punya anak atau tidak itu sudah tertulis dalam skenario Tuhan."
Sebenarnya Sarah berat membicarakannya namun semua demi kebaikan bersama. Tidak apa dia mengorbankan cintanya. Yang penting Gandi bisa punya keturunan.
"Keputusan ku sudah bulat, mas."
Gandi menoleh tak santai, "apa?"
"Kita pisah. Dan kamu, menikahlah."
Gandi mulai emosi, ia sengaja melajukan pedal gas. Mobilnya kini melaju tak karuan.
"MAS!"
"AVA!"
BRAK!
Gandi membanting stir saat melihat anak kecil dengan tiba-tiba berlari ke tengah jalan. Tampaknya sedang mengejar balonnya yang terbang tertiup angin. Namun, Gandi terlambat. Anak kecil itu terbanting cukup jauh.
Sarah terdorong ke depan cukup keras, Gandi terlihat baik-baik saja hanya luka kecil di jidatnya.
Tepat di depan Panti Asuhan Cinta Kasih kecelakaan naas itu terjadi.
Ibu panti sudah berderai air mata melihat anak asuhnya tergeletak di aspal dengan keadaan tak berdaya.
Ditemani anak laki-laki dengan umur kisaran 2 tahun lebih tua dari anak gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Lava!
Teen FictionTentang sepasang remaja yang terjebak dalam kesepakatan mereka sendiri. ~ Selamat membaca, semoga hari kamu menyenangkan:) Cover by : @bingkaikertas