Seperti biasa Lavani pulang menaiki angkot. Beruntung hari ini ia pulang lebih awal dari biasanya. Tak ada lagi desak-desakan seperti tadi pagi. Lavani melirik di samping jendela, menikmati semilir angin. Dan kini ia sampai di depan komplek rumahnya.
"Mang kiri mang," ucap Lavani yang langsung memberikan uang rupiah sepuluh ribuan.
"Makasih ya neng,"
Lavani melangkahkan kakinya menuju rumah yang letaknya tak terlalu jauh. Hanya melewati beberapa rumah.
"Lavani pulaaang." Hening tak ada jawaban.
Seorang paruh baya asisten rumah tangga kepercayaan keluarganya yang biasa ia sapa mbok, muncul dari arah dapur.
"Eh non sudah pulang."
"Bunda mana mbok?" Tanya Lavani sembari mencurahkan air putih ke dalam gelas.
"Nyonya ke butik non. Makan dulu ya, mbok bikinin nasi goreng tanpa kecap tak lupa telur mata sapi diatasnya, kesukaan non."
Mendengar itu mata Lavani berbinar. "Lav ganti baju dulu ya mbok." Penyataan Lavani dijawab anggukan oleh Mbok Iyem.
Lavani meletakkan tas di kursi belajarnya, dan ia rebahkan tubuhnya sebentar di atas tempat tidur ternyaman bagi Lavani. Setelah beberapa menit rebahan, ia melangkahkan kakinya ke kamar mandi, walau masih jam 14.45. Teriknya mentari membuat ia ingin mengguyur seluruh tubuhnya dengan air.
"Kok rok gue ada bekas permen karet nya, ini pasti kerjaan Jagat. Tunggu aja tuh anak, memang bener-bener ya," ucap Lavani melihat sisi kanan roknya.
Flashback on
"Siapa yang nyuruh Lo duduk?" tanya Jagat
Lavani menyilang kan kedua tangan di depan dadanya, "emang ini bangku nenek moyang Lo?"
"Bukannya gitu, ini bangku Ucup. Gue ga mau Lo duduk bekas dia, mending sini duduk di bangku gue," ucap Jagat langsung pindah dari bangkunya.
Lavani memicingkan matanya, aneh sekali sikap Jagat. Melihat Jagat bersikap seperti itu dengannya, sesuatu yang mustahil.
Flashback off
Tak butuh waktu lama untuk mandi Lavani yang sudah memakai baju santainya kini menuruni tangga. Ia langsung bergegas menuju dapur, cacing-cacing diperutnya sudah demo sedari tadi.
Baru saja ia makan setengah dari nasi goreng kesukaannya itu,
Ting
Bimbel PH
Bu Tuti
Jangan lupa! hari ini kita ada bimbel fisika.Lavani yang masih mengunyah nasi goreng itu membelalakan matanya, cepat ia meminum air putih di samping piring, glek, glek, glek.
"Kenapa gue bisa lupa hari ini ada bimbel, kalo tau gitu gue ga pulang tadi, nanggung banget elah. Mana Bu Tuti lagi yang bimbing kalau telat barabe urusannya." Rungut Lavani
Ia melirik jam di layar handphone nya, 14:59. Bimbel dimulai selepas sholat ashar, Lavani segera bergegas mengganti bajunya.
Ia jalan ke luar dengan terburu-buru, didapatinya Sarah didepan pintu. Ia langsung mencium tangan Sarah dan bergegas ke garasi untuk mengambil sepedanya.
"Mau kemana Lav? Buru-buru banget,"
"Mau bimbel Bun," ucap Lavani yang masih bersikeras mengeluarkan sepedanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hai Lava!
Teen FictionTentang sepasang remaja yang terjebak dalam kesepakatan mereka sendiri. ~ Selamat membaca, semoga hari kamu menyenangkan:) Cover by : @bingkaikertas