Lullaby

44 9 0
                                    

...

   "Lee Gahyeon??"

   "Iya kenapa?"

   "Aku sudah mendapat berita lanjutan dari mahkamah internasional, tentang kasus penembakan ayah."

  Gahyeon tersedak makanan yang sedang di kunyah dan meminum air mineral di hadapannya.

   "Astaga Hyeon, hati-hati.." Ucap Dami khawatir seraya membantunya menepuk punggung leher.

   "Terimakasih Dami, lalu bagaimana?" tanya Gahyeon, pandangannya beralih pada kakaknya yang sedang menyesap kopi.

    Siyeon meletakkan kopinya di meja. "Hasil pemeriksaan forensik menyatakan bahwa ayah di tembak secara sengaja dan berencana, bukti diperkuat dengan luka tembak tepat di jantung. Namun...."

   Gahyeon menatap kakaknya dalam. "Namun apa kak?"

   "Hakim belum bisa memutuskan hasil kasus tersebut, karena belum di ketahui siapa pelaku sebenarnya." Siyeon terdiam beberapa saat, lalu kembali melanjutkan pembicaraan nya. "Ada satu titik terang dimana hakim menyatakan bahwa penembakan tersebut di latarbelakangi oleh masalah pribadi atau dengan kata lain motif pembunuhan berencana yang dilakukan oleh orang terdekat ayah."

   "Tapi kak, selama masa hidup nya ayah orang yang sangat baik. Ayah tidak memiliki musuh, aku tidak yakin pelaku nya adalah orang terdekat ayah.." Sanggah Gahyeon, wajahnya muram.

   "Boleh aku berpendapat?" tanya Dami tiba-tiba.

   "Silahkan.." Jawab Siyeon.

   "Aku rasa kasus ini berkaitan antara masalahmu dengan Sua, mengingat ada beberapa kejanggalan seperti waktu penembakan yang bertepatan dengan waktu kau dan Sua berpisah..." Ucap Dami, berusaha mengambil jalan tengah.

   Siyeon sebelumnya telah menceritakan tentang hubungan masa lalu nya bersama Sua kepada Dami, karena Siyeon pikir Dami adalah satu-satunya orang yang sangat ia percaya selain Gahyeon.

    "Haruskah kita menghubungi Minji?" tanya Gahyeon.

   "Ya, kau benar... Masih ingat kan di kantor dokter Hwang, Minji mengatakan bahwa ayah sempat mengirim surat ancaman kepada Sua?" Sahut Dami spontan.

   Siyeon menatap keduanya heran. "Surat apa?"

   "Kalau dibahas sore ini, waktu santai kita akan habis.. Nanti saja setelah makan malam kita temui Minji di kantornya.." Jawab Gahyeon.

   "Ya sudah, Dami maafkan kami sudah membawa mu dalam kasus ini.." Ucap Siyeon sungkan.

   "Tidak apa-apa, aku senang bisa membantu kalian." Balasnya ramah.

    Dari pintu masuk Jazz Bar, masum seorang wanita berpakaian tebal masuk ditemani pria berambut ungu dan mencari kursi kosong. Pria berambut ungu menghampiri konter pelayanan untuk mengambil buku menu, sedangkan wanita di hadapannya hanya diam saja dengan pandangan kosong.

   "Hey jangan melamun, kau mau pesan apa?" tanya pria itu setelah kembali ke tempat duduknya.

   "Aku tidak melamun, sama kan saja dengan pesanan mu." Jawabnya dengan acuh.

   "Baiklah."

...

   "Ini pesanan mu, setiap kesini aku selalu ingin menyiapkannya sendiri karena pemilik Jazz Bar ini adalah sahabatku, Jeon."

   Minji kembali ke meja membawa nampan berisi makanan dan minuman pesanannya, meletakkan nya dengan telaten di atas meja.

   "Terimakasih, tempat ini unik.." Ucap Bora pelan seraya melihat-lihat seisi ruangan yang memiliki rustic vibes.

INFJ-A : Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang