PIRI

39 10 0
                                    

Source: Youtube - Happyface Entertainment

🔫




    Langit tidak berawan, berubah menjadi kabut biru namun salju tetap saja turun. Bora melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, jalanan terlihat sepi. Dengan perasaan kalut, ia kerap menengok ke belakang karena rasa takutnya jika Handong mengejar. Tubuhnya terasa panas, wajahnya pucat, dengan rambut berantakan seolah Bora tak memperdulikan apapun lagi.

   Tiba-tiba tumpukan salju turun dari atas pohon di hadapan mobilnya, secara refleks Bora membanting stir hingga menabrak pohon besar. Kepalanya terbentur karena airbag di mobilnya tidak berfungsi, Bora memegangi keningnya nya yang sedikit berdarah, mencoba menghidupkan kembali mobilnya namun tidak bisa.

    "Sial!! Bagaimana ini, Handong!!!" Umpat Bora dari dalam mobil, ia semakin takut jika Handong mengikuti dan melapor pada polisi.

    Bora mencari kotak kecil di bawah jok belakang, membawanya keluar dari dalam mobil lalu berjalan di tengah salju yang turun lumayan lebat dengan menggunakan mantel eskimo. Tubuhnya mengigil kedinginan, suasana sangat sepi dan mencekam namun Bora tidak mempedulikannya lagi, ia lebih takut jika seseorang melaporkannya ke pihak kepolisian.

...



   Hampir satu jam Bora berjalan ke arah yang tak diketahui nya, jatuh berkali-kali tersandung batu yang tersembunyi di balik salju, ia bangun dan melanjutkan langkahnya entah kemana.

   Hingga sampai di sebuah pohon dengan akar besar dan dedaunan rimbun, Bora menyandarkan punggungnya sejenak, menahan sakit luar biasa di sekitar kaki.

   "Bertahanlah Kim Bora, setidaknya aku masih mempunyai senjata di box ini untuk pertahanan diri jika ada binatang buas atau penjahat.." Ucapnya seorang diri di tempat yang belum pernah dikunjungi.

   Dari arah lain, sepasang mata berwarna merah mengintai dari kejauhan. Mengenakan mantel bulu, bersembunyi di balik pepohonan.

   "Aku tahu kau sedang kesakitan, andai kau benar-benar tulus, aku akan membantumu dan memeluk mu saat ini juga Sua. Namun, kau telah membuat hati ku hancur, bukan hanya hati ku namun juga hidup ku, mental ku, psikis ku.." Ucap pemilik mata merah dengan emosi meluap.

    Di depan nya, Bora semakin mengerang kesakitan, tubuhnya mengigil hebat karena luka nya semakin terasa sakit seperti terinfeksi. Angin yang berhembus terdengar seperti seruling mengerikan yang memekakkan kedua telinga, Bora menutup kepalanya dengan syal.

   "Hentikan!!! Aku bukan pembunuhnya! Aku tidak tahu apapun, ahaha... Iya Bora, tenanglah... Waktu yang akan menyembuhkan segalanya, jangan takut..." Racau Bora seperti orang gila, pikiran nya sudah benar-benar kacau.


   Tiba-tiba, rasa sakitnya kian bertambah membuat Bora kehilangan kesadaran dan pingsan di atas akar pohon besar. Pemilik mata merah melihat nya puas, ia langsung pergi menghampiri Bora yang sudah lemas.

   Pemilik mata merah menggendong Bora keluar dari hutan, berjalan ke arah selatan dimana cahaya putih bersinar terang. Lampu berwarna putih, menandakan adanya jalan raya yang bisa di lalui, setidaknya ia bisa menemukan kendaraan umum.

   Setelah sampai di persimpangan dan melakukan perjalanan selama 30 menit, ia memesan taxi dan ikut serta menggendong Bora masuk dan membawanya ke tempat yang di tuju.




INFJ-A : Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang