Black or White

56 11 0
                                    


...

   Tim Gahyeon dan crew telah tiba di perusahaan Dreamcatcher Corp, waktu sudah pukul 4 sore dan sebagian pegawai telah meninggalkan kantor untuk pulang.

   Gahyeon langsung bergegas menuju ruangan kakaknya, ia berjalan cepat dengan tatapan tenang, hatinya sangat hangat meskipun udara sangat dingin.

    "Selamat sore..." Ucapnya dengan suara nyaring, membuka pintu dan langsung memeluk kakak nya yang sedang berbincang dengan Dami.

    "Hey Hyeon! Kau kemana saja, susah sekali di hubungi untung ada salah satu crew yang memberi kabar." Siyeon menepuk kening adiknya pelan, rasa khawatirnya hilang seketika.

   "Maafkan aku, disana sinyal sangat sulit di dapat. Semua berjalan dengan baik, bukti tambahan telah terkumpul..." Gahyeon menatap ke arah Dami, merasa ada yang aneh. "Lee Yoobin? Wajah mu kenapa babak belur?" ia langsung menghampiri Dami yang sedang menyeruput teh hangat.

   "Kalau diceritakan tidak akan selesai satu lembar novel! Saya tidak apa-apa, ini sudah diobati." Ucap Dami tenang.

   "Hari ini tidak ada lemburan, tapi jam 8 malam setelah makan malam kita akan mengadakan rapat internal di rumah." Ujar Siyeon yang sedang berkemas.

   Gahyeon menoleh cepat. "Ada masalah lagi?" tanya nya, Siyeon mengangguk. "Astaga...!" Gahyeon menghela nafas kasar, meneguk teh di sampingnya.

   "Hey itu milik saya!" Protes Dami.

   Gahyeon tersenyum kuda. "Maaf, aku haus..."

    "Ayo kita pulang sekarang, masih banyak waktu untuk menenangkan pikiran.." Siyeon telah berdiri di ambang pintu, Dami dan Gahyeon mengikuti nya dari belakang.

    Tak ada obrolan apapun selama perjalanan ke lobi, Siyeon masih betah membungkam mulutnya, merasakan kecewa dan amarah di dadanya.

...

   "Jalanan sore ini tidak terlalu padat, salju juga tidak terlalu tebal.." Ujar Dami sambil menyetir.

   "Jadi bagaimana? Apa kau ingin bertemu lagi dengan penyanyi Jazz Bar itu?" tanya Siyeon, melirik ke arah sahabatnya yang sudah tersipu.

    "Kau ini bicara apa, bahkan aku tidak mengetahui nama, alamat dan nomor ponsel nya.." Jawab Dami seraya tertawa canggung.

    "Yoobin awasss!!!!" Gahyeon berteriak kencang, membuat Dami mengerem mobilnya secara mendadak.

   "Astaga, siapa mereka.." Dami mulai panik, melihat 3 mobil berjajar di depan memblokir mobilnya.

   "Aku mempunyai firasat buruk." Ucap Siyeon dingin, ia langsung keluar mobil di ikuti Dami.

   Gahyeon ketakutan di dalam mobil, ia tak berani keluar menyusul rekannya yang lain.

    "Aku pikir kau tidak akan berani keluar dari dalam mobil." Ujar salah satu pria dewasa berpakaian serba hitam, menenteng senjata api laras panjang.

   "Kalian siapa dan ada keperluan apa?" tanya Siyeon to the point, menyeringai ke arah 10 lelaki di hadapan nya.

    "Kau dan kau..." Pria berotot mendorong Siyeon dan Dami hingga menjauh beberapa langkah. "Tidak perlu tahu siapa kami, yang harus kalian tahu hanya.... Berhenti ikut campur masalah pemerintahan."

    "Jadi kalian suruhan bapak Presiden yang terhormat?" tanya Siyeon dengan nada bicara dingin, kemudian tertawa seolah meremehkan.

    "Sekuat apapun bukti yang kalian sebarkan di media, mulut masyarakat akan tetap terbungkam." Ucap salah satu personel yang mengenakan seragam biru.

INFJ-A : Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang