Happy Reading~
"Apa tanggapan lu tentang cerita ayah tadi Na?" Tanya Nino ketika melihat Nana yang baru keluar dari walk in closet. Nana memakai baju tidur dengan motif buah kiwi. Lucu banget dimata Nino.
Nana menoleh ke Nino sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia berjalan ke kursi yang ada di kamar tersebut, sedangkan Nino ada di tempat tidur.
"Gue bingung sebenernya mau gimana No. Cuma, gimana ya, itu udah jadi masa lalu. Kita juga nggak bisa nyalahin siapa-siapa. Toh, yang ngalamin bukan kita. Kita juga nggak bisa milih kan mau dilahirkan dikeluarga yang kayak gimana. Seperti kata bunda, ini semua udah takdir, udah jalannya," jawab Nana panjang lebar sedikit bijak.
"Kali ini aja gue setuju sama lu Na, mau nggak mau, kita harus fokus sama masa sekarang. Bang Alfa sama Bang Arsen itu saudara kita juga. Gimana ya ngedeketin mereka?" Nino bertanya dengan lesu.
"Hmm? Emangnya Bang Alfa sama Bang Arsen ngapain elu?"
"Pas awal gue kesini, Bang Alfa ngelirik gue sinis gitu Na. Bang Arsen juga natap gue dingin banget. Gue awalnya nggak paham, ehh ternyata karena masa lalu toh," jawab Nino.
Nana meletakkan jari telunjuknya ke dagu dan membuat gerakan seolah berpikir. "Tadi aja mereka langsung pergi gitu ya No. Hmm... Bingung juga mau gimana. Udah lah gak usah dipikirin, biarin semua berjalan apa adanya."
"Hufftt, tau ah. Bagus gue tidur. Lu nggak mau tidur emang? Lu pasti capek habis pulang ngedaki," ucap Nino tulus sebenernya.
Namun, Nana bergidik jijik ngedengernya. "Tumben lu perhatian gini? Gue jadi merinding, hahahaha."
"Sialan lu, lu itu lebih muda dari gue, jangan kurang ajar !"
"Heh monyet, bunda bilang lupa ya siapa yang duluan lahir, jangan sok tua! Muka aja udah tua, jangan didukung sama umur tolong !"
"Apa sih? Gaje banget tau nggak lu pisang?"
Pintu terbuka menghentikan perdebatan kedua anak curut itu. Sean memasuki kamar Nino sambil menggelengkan kepalanya.
"Kenapa belum tidur? Ayo tidur, ayah temani. Ini udah larut."
"Maksudnya kita tidur bertiga yah?" Tanya Nino bingung. Ada rasa hangat dihatinya ketika mengingat biasanya dirinya, Nana dan Bunda juga tidur bertiga.
"Iya dong, ayah kangen kalian. Hebat banget kan ayah bisa buat anak kembar yang imut banget kayak kalian," balas Sean berbangga diri.
"Nggak," jawab Nino dan Nana kompak, plus muka datar mereka.
Sean mendengus dan merebahkan dirinya ditengah kasur. Nana pun berjalan ke arah kasur dan merebahkan dirinya diposisi kanan. Jadi posisinya Sean ditengah anak-anaknya. Maklum, nanti ada 1 yang iri kan repot. Padahal Nana dan Nino biasa aja.
Sean mengelus rambut Nino dan Nana menggunakan kedua tangannya. Sedangkan Nana dan Nino memeluk erat ayah mereka. Tak lama, terdengar dengkuran halus dari Nino dan Nana yang membuat Sean tersenyum. Ia lalu mengecup pipi anaknya satu-satu.
🥝🥝🥝🥝
Tengah malam, pintu kamar Nino dibuka oleh seorang lelaki. Lelaki itu berdecak tak suka melihat pemandangan yang ada di depannya. Maka, dengan langkah pasti, dirinya melangkah mendekati ketiganya. Ia mengangkat tubuh Nana kedalam gendongan koalanya dan membawa Nana masuk kekamarnya. Nana melenguh pelan, namun tidak terbangun.
Lelaki itu meletakkan Nana di kasurnya dan segera merebahkan dirinya disamping Nana. Ia memeluk erat Nana sambil menatap wajah imut itu lama.
"Lucu banget adek abang." Ia mengecup pipi Nana berkali-kali. Setelah itu, lelaki itu pun tertidur dengan memeluk Nana erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins of Protective Family
Художественная проза[PART LENGKAP] 1. Namanya Nino. Remaja 15 tahun yang saat ini hanya tinggal bersama saudara kembarnya. Mereka berdua tinggal selama kurang lebih 3 tahun di rumah peninggalan sang bunda. Nino ini anak nakal, tapi nakalnya nggak kejauhan. Cuma kalau u...