41 - XAVIER

24.8K 2.4K 348
                                    

Happy Reading~

Seorang pemuda tampak berjalan pelan di suatu tempat pemakaman umum yang sepi dan sunyi. Pemuda itu menatap lurus dengan pandangan kosong ke dua pemakaman yang ada disana.

Sesampainya di dua makam itu, pemuda itu tampak bergeming. Lia Algareo dan Leo Algareo. Itu lah yang tertulis di kedua batu nisan dengan ukiran yang sedemikian rupa itu.

Pemuda itu terduduk di antara dua makam itu lalu memukul dada nya sendiri ketika perasaan sesak itu hadir menghantamnya. Pemuda itu tampak berusaha tegar ketika kilas balik kebersamaan terlintas di pikirannya.

"Dek.. abang kangen.." lirih pemuda itu sambil terisak.

Pemuda itu adalah Xavier Algareo. Seorang pemuda yang masih tinggal di masa lalu nya. Seorang pemuda yang berusaha selalu tersenyum dan bertahan hari demi hari. Seseorang yang dulunya ceria namun sekarang berubah. Sekarang, ceria itu hanya alibi yang digunakannya untuk menutupi sesak yang di rasakannya. Kedua adik kembar nya yang merupakan sumber kebahagiaannya ternyata lebih di sayangi oleh Tuhan sehingga Tuhan mengambilnya dari pelukan Xavier.

Xavier mengelus nisan kedua adik nya dengan tangan bergetar. Dia membekap mulutnya agar tidak menimbulkan suara karena tangisnya.

"Maaf.." ucap Xavier tertahan.

"Abang udah berusaha. Maaf kalau abang belum bisa tersenyum setiap mengunjungi kalian.."

"Maaf dek.."

Xavier tidak bisa menahan tangisnya sekarang. Selalu seperti ini. Dia akan menangis sambil memeluk nisan kedua adiknya. Beruntung, sekarang sedang sepi, jika banyak orang, maka orang akan menatap simpati ke arahnya.

Xavier sampai terus memukul dadanya sendiri karena sesak yang dirasakannya terasa lebih berat.

🍁🍁🍁🍁

Xavier memasuki apartemen nya. Sepi. Itu yang selalu di rasakannya. Xavier masuk ke dalam kamar lalu membuka baju basketnya. Pemuda itu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Setelah itu, dia masuk ke dalam sebuah kamar dengan tulisan baby Lia dan Leo. Ia masuk lalu menggigit bibir bawahnya ketika melihat barang-barang peninggalan kedua adiknya. Di dinding kamar itu, tergantung  sebuah foto keluarga yang tampak bahagia. Ayahnya yang menggendong Leo, Ibunya yang menggendong Lia, dan Xavier yang tampak tersenyum ke arah kamera.

"Mom.. Dad.. kenapa kalian nggak ngajak Xavier sih?" Tanya Xavier.
Air mata nya luruh mengiringi ucapannya, lagi.

Xavier dulunya hidup bahagia bersama orang tua dan kedua adik kembarnya. Namun, Kedua adiknya harus di rawat di rumah sakit karena terdiagnosis mengalami Pneumonia saat berusia 7 tahun. Xavier dan orang tuanya hanya dapat terduduk lemas ketika kedua adik nya tengah berjuang melawan penyakit ganas tersebut.

Dan malam itu adalah malam kehancuran bagi Xavier. Kedua adiknya tidak dapat di selamatkan. Kedua orang tua Xavier yang tak kuat menanggung kesedihan memilih untuk bunuh diri meninggalkan Xavier yang berusaha bertahan.

Xavier yang saat itu masih berusia 11 tahun hanya bisa terus menangis ketika jenazah kedua orang tuanya dan kedua adiknya di kebumikan. Xavier tumbuh di panti asuhan hingga umurnya menginjak 13 tahun. Dengan warisan orang tuanya, Xavier berusaha bertahan hidup selama ini. Warisan kedua orang tuanya juga tidak main-main jumlahnya. Walaupun begitu, Xavier memilih tetap bekerja karena bisa saja hal yang tidak terduga datang yang mengharuskannya untuk mengeluarkan uangnya dalam jumlah besar.

Xavier berjalan ke arah lemari kedua adik kembarnya. Dia mengambil dua buah sweater kecil yang menjadi favorite kedua adiknya itu.

Xavier memeluk sweater itu erat seolah-olah sedang memeluk adik kembarnya.

Twins of Protective Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang