Raju menghentikan langkahnya ketika mendengar kalimat yang baru saja tercetus lancar dari bibir tipis kecil milik Queen. Ia rasa agak aneh kalau nyatanya Queen yang notabennya anak baru di sekolah itu mengetahui hubungannya yang sudah lama padam, "Apa tadi?" lelaki itu melihat Queen yang terdiam
"Nghhh itu...anu..."
Masih di tatap matayang sekarang gugup itu, menunggu jawaban. "Satu sekolah juga tau kali, Kak, hehe." jawab Queen membuat Raju menatapnya dengan menyelidik. Karena, walaupun sudah berusaha menjawab santai, Queen tetap saja gugup akibat dua mata yang mengintimidasinya.
Queen mengedip-ngedipkan matanya dan tersenyum menggoda, berharap Raju jijik seperti biasa. Dan untungnya itu sesuai harapannya, Raju langsung mengalihkan pandangan dan berjalan duluan meninggalkan Queen.
Perempuan itu menghela napas lega dan mengejar Raju. Bukan bermaksud apa-apa, Queen hanya merasa tidak pantas membahas hubungan yang sudah kandas, yang artinya akan menguak luka lama, ia tahu rasanya seperti saat malam dimana ia menceritakan kalau ia pernah menjadi korban bullying.
Lagi pula, mengingat sifat Raju yang seperti itu, semakin yakin bahwa ia memang tidak seharusnya membahas hal itu.
Dari interaksi yang ada pada Raju dan Jessika, Queen bisa mengambil kesimpulan mereka akan terus dekat. Raju dewasa. Jessika juga begitu. Ada kekhawatiran yang kerap muncul dibenak Queen kalau tidak menutup kemungkinan mereka akan kembali bersama.
Queen sadar langkahnya sudah terlanjur jauh, jatuhnya sudah terlalu dalam, dia sendiri tersesat ke arah pulang, dan rumahnya sudah tidak ada di pandangan. Satu-satunya jalan yang tersedia hanyalah jalan dengan peta yang sejak awal ia genggam.
Queen yakin akan ada saatnya ia dan lelaki di sebelahnya ini akan benar-benar mengikat kata "saling" agar tetap utuh, bukan hanya dirinya seorang diri.
Jadi, apa yang selajutnya akan ia lakukan? Hanya mencintai Raju tentunya.
Seorang lelaki dengan kaos tipis berwarna merah maroon itu sedang duduk dengan sebuah gitar di pangkuannya, memetik gitar secara perlahan, menikmati setiap detiknya, meresapi apa yang baru saja ia sadari setelah apa yang terjadi pada harinya kebelakangan.
"Bego, kok bisa suka sama dia." ucapnya memaki diri sendiri tetapi sambil tersenyum. Mengutuk sekaligus menyukuri apa yang terjadi.
Ada seorang perempuan yang menjadi penyebab senyumnya beberapa hari ini. Aneh rasanya saat dari awal ia hanya ingin berteman namun nyatanya kemakan omongan sendiri, ia memiliki rasa yang berbeda pada perempuan itu.
Segala yang ada pada dia adalah kesempurnaan baginya. Cara perempuan itu menatapnya dengan ceria, cara bibir itu membuka mulutnya saat berbicara, ekspresi wajahnya yang kadang terkesan berlebihan namun itu semua menjadi alasannya untuk terus memaksa bertemu.
Dengusan tawa terdengar pelan keluar dari bibir lelaki itu setelah lamunan singkatnya, "Lucu."
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Q & R [ADIKTIF]
Teen FictionMencintaimu itu lucu, Kamu memperlakukanku semaumu, Tapi, bagiku, kamu semacam candu. "Harga hati berapa?" "Milyaran rupiah." "Mahal yaa, Queen kasih gratis kok malah di sia-siain?" Mereka sama-sama rapuh, bedanya keduanya memiliki cara masing-masi...