"If every moment it was you, seconds are not time, but happiness." Queen berbisik pelan, menatap Raju yang juga terdiam menatapnya.
Raju menganggukkan kepalanya dua kali, "Sastra ya, pantas bisa ngerangkai kata-kata." Raju berdiri.
Queen ikut berdiri dan menempatkan dirinya di depan Raju, meyakinkan bahwa yang ia katakan itu benar dan tulus, bukan karena ia jurusan Sastra yang pandai merangkai kata. "Queen serius."
"Heem."
"Kak! Queen bahagia sama Kak Raju!"
"Iya, trus kenapa?"
"Kak Raju bahagia nggak sama Queen?"
"Biasa aja."
*****
Pagi ini burung ikut meramaikan latarnya karena pagi ini sangat cerah, secerah hati seorang gadis yang sedang menapakkan kakinya dengan sesekali melompat kecil, itu Queen. Sesuai perkataannya semalam bahwa ia bahgia saat bersama Raju, kejadian semalam sangat berdampak baginya sekarang. "Aku sedang mencintaimu, meski kau takkan pernah tahu." senandung Queen pelan menyanyikan lagu, "Eh tapi kan Kak Raju udah tau kalo Queen cinta sama dia hehe." cengirnya.
"Maaf, itu tali sepatunya lepas."
Queen menoleh ke sumber suara saat itu juga, detak jantungnya melambat saat yang ia lihat adalah seorang perempuan dengan rambutnya yang hitam indah sepunggung sedang menunjuk...Queen mengarahkan pandangannya ke kakinya sendiri, "Ah, iya." ucapnya tersadar dan berjongkok untuk mengikat tali sepatunya.
Queen ceroboh, tapi bukan itu yang berkerumun di pikirannya, melainkan siapa perempuan itu, Jesikka Teresia.
Queen selesai dengan sepatunya, ia berdiri dan Jesikka masih berdiri di depannya, "Makasih, Kak." ucapnya tersenyum. Rasa di hatinya membaur menjadi satu. Ia kagum karena senyuman ramahnya, nada bicaranya yang lembut, ucapannya yang sangat menenangkan, tapi di satu sisi lainnya ia seharusnya tidak suka pada perempuan ini.
Jesikka mengangguk, "Iya sama-sama." balasnya dan berjalan melewati Queen.
Queen terdiam dan membalikkan badannya, melihat perempuan itu dari belakang, hati dan pikirannya serempak mengatakan pantas saja Raju memilih perempuan itu, Queen nggak ada apa-apanya.
"Dewasa banget." gumamnya lesu dan membalikkan badan, kembali berjalan untuk sampai ke kelasnya.
Queen menduduki kursinya di samping Salsha yang tidak biasanya perempuan itu tidak tidur sebelum memulai kelas. "Salsha biasanya tidur." sapa Queen.
"Kan mau ulangan." jawab Salsha menunjukkan bukunya.
"ULANGAN?"
"Berisik, Queen."
"Queen nggak tau, Queen belum belajar." panik Queen membalikkan badannya, membuka resleting tasnya dan mengeluarkan mata pelajaran pertama.
"Semalam emang lo kemana?" tanya Salsha tanpa menoleh, sibuk mencari halaman yang akan menjadi topik utama soal ulangan hari ini.
Queen berhenti bergerak dan perlahan dengan kaku yang menghadap Salsha, "Queen sama Kak Raju." jawab Queen jujur. Entahlah, ia pernah berbohong dan jantungnya sangat berdegup kencang.
Salsha meletakkan bukunya di meja dan menghadap Queen, "Demi apa lo?"
"Demi Tuhan. Tapi seenggaknya Queen bahagia semalam, hehe."
"Dan menderita sekarang? oke." Salsha menganggukkan kepalanya, sarkas.
"Ih Salsha, Queen nyontek sekali dong, tolongin Queen, please." Queen menyatukan tangannya di depan dada dan mengedip-ngedipkan matanya. "Ya? ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Q & R [ADIKTIF]
Teen FictionMencintaimu itu lucu, Kamu memperlakukanku semaumu, Tapi, bagiku, kamu semacam candu. "Harga hati berapa?" "Milyaran rupiah." "Mahal yaa, Queen kasih gratis kok malah di sia-siain?" Mereka sama-sama rapuh, bedanya keduanya memiliki cara masing-masi...