Seorang lelaki dan perempuan itu sedang duduk damai menyaksikan sebuah film.
Seharusnya, malam ini mereka berada di dalam studio bioskop sesuai kesepakatan sebelumnya, tetapi karena permintaan si perempuan untuk hanya berada di dalam rumah, lelaki itu menurutinya tanpa bertanya mengapa.
Setelah mengumpulkan niat yang cukup besar, perempuan itu memulai apa yang ingin ia sampaikan dengan tangannya yang perlahan merambat masuk ke dalam genggaman tangan lelaki disebelahnya. Genggamannya di balas.
"Kenapa?" tanya lelaki itu tanpa mengalihkan pandangan dari layar televisi.
"Kita putus ya?" ucap perempuan itu. Mengajak berakhir.
Masih dengan sikap yang tenang, tidak terkejut sebagaimana seharusnya. Lelaki itu menoleh dan beralih menghadap perempuan disebelahnya. "Ada apa?" mungkin ada masalah, pikirnya.
Tidak ada kendala, tidak ada kesalahpahaman, hanya berjalan lancar seperti air mengalir, lalu tiba-tiba saja terhambat sesuatu yang tidak tahu apa.
"Raju, gue udah coba maklum sama lo yang cuek, tapi enggak bisa. Maaf." ucap perempuan itu jujur. Ia tidak pernah merasa sakit hati karena itu. Hanya saja, ia juga seorang perempuan yang perlu di tanya bagaimana kesehariannya, apa kabarnya, bukan seseorang yang hanya berbicara seperlunya.
Tidak ada respon dari pernyataan perempuan itu. Seperti biasa, hanya tatapan dalam yang diberikan Raju pada perempuan itu.
Perempuan itu mengalihkan pandangan dan menarik tangannya dari genggaman mereka. Bergerak mengambil tas kecilnya di meja dan berdiri.
Baru saja satu kali melangkahkan kakinya, pergelangan tangannya tercekal.
Raju meraih pergelangan tangan dengan gelang putih pinguin yang sama dengannya itu. Lantas ikut berdiri hingga berada di hadapan perempuan itu.
Jari-jemarinya bergerak dengan halus menyusuri dari kening, hidung, bibir, turun hingga dagu perempuan itu. Menjapit pelan dagu itu dengan telunjuk dan ibu jarinya. Raju mendekatkan wajahnya hingga kedua bibir itu bertemu.
Melepaskan hubungan dengan menyatukan kata tanpa suara, keduanya meninggalkan kesan kasih dengan itu.
Rasanya perempuan itu akan menangis sekarang. Ini bukan tentang pengkhianatan atau rasa sakit yang terlanjur dalam, tapi tentang kepuasan cinta yang ia inginkan. Dirinya dan Raju tidak sejalan. Cara mereka saling mencintai adalah sebuah bentrokkan.
Raju melepas perempuan itu begitu saja bukan karena tidak cinta atau rasanya yang sudah hampa, melainkan karena egonya yang mengerti dirinya dan perempuannya, ia tidak bisa menjadi seperti apa yang diinginkan, dan perempuannya tidak bisa menjadi apa yang paling mengerti dirinya.
Mereka sudah sama-sama dewasa untuk tahu mana yang pantas dipertahankan dan mana yang lebih baik dilepaskan karena memang tidak sejalan.
Penyatuan ungkapan itu berhenti, Raju kembali keposisinya. "Mau pulang sekarang?" dalam artian mau pergi sekarang?
Perempuan itu mengangguk dan mendapatkan genggaman pada tangannya, lantas mereka berjalan berdampingan keluar dari rumah, sembari memikirkan apa yang sudah mereka lewati bersama selama hampir satu semester ini, sama sekali bukan hal yang patut untuk dilupakan.
Raju mengantar perempuan itu sampai di rumah dengan selamat. Malam ini adalah malam terakhir status mereka. Entah besok ada yang berubah atau tidak pada harinya.
Perempuan itu memberikan helmnya pada Raju. "Makasih ya." ucapnya rutin tiap kali diantar pulang. Yang pasti dengan senyum manisnya.
Raju menerima helm itu dan mengaitkannya dengan tali karet di jok belakang sepeda motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Q & R [ADIKTIF]
Подростковая литератураMencintaimu itu lucu, Kamu memperlakukanku semaumu, Tapi, bagiku, kamu semacam candu. "Harga hati berapa?" "Milyaran rupiah." "Mahal yaa, Queen kasih gratis kok malah di sia-siain?" Mereka sama-sama rapuh, bedanya keduanya memiliki cara masing-masi...