Kau memang manusia sedikit kata,
Bolehkah aku yang berbicara?
Kau memang manusia tak kasat rasa,
Biar aku yang mengemban cinta.•••
Raju duduk dengan tenang di bangkunya dan sesekali memutar-mutar pulpen dengan jari-jarinya.
Sedangkan berbeda pada Galih. Lelaki itu duduk dengan lesu. Mungkin karna kejadian tadi pagi sebelum berangkat sekolah. Lelaki berkulit seputih susu itu pulang ke rumah dan katanya mendapatkan amarah sang Ayah karna kerusakan pada sepeda motornya.
Suasana hati Galih benar-benar sedang tidak baik-baik saja, bahkan saat ketiga temannya bermain Uno tadi sebelum kelas di mulai.
Abraham menyentuh pundak Raju yang duduk didepannya, membuat lelaki yang sedang memakai dasi menoleh kebelakang.
"Kenapa nih anak?" tanya Abraham kepada Raju dan melirik Galih dengan jenaka.
"Ngehamilin anak orang." jawab Raju santai sambil memakai dasinya.
Ozy yang duduk di samping Raju tentu mendengar jelas. Lelaki yang sedang mengunyah permen karet itu tersedak hingga batuk berkali-kali, lalu menoleh ke Galih meminta penjelasan atas pernyataan yang Raju beberkan.
Galih langsung menatap tajam ke arah Raju dan menggeleng kepada Abraham dan Ozy.
"Jangan ngajak gelud lu." ucap Galih kepada Raju yang malah tertawa pelan.
Abraham dan Ozy juga tertawa. Begitu senang melihat kawannya kesusahan.
"Ekhem!"
Suara teguran itu sudah jelas datang untuk empat lelaki yang menempati bangku di paling belakang kelas.
"Lah?" Ozy tertawa menertawai suara batuk yang terdengar kencang itu, "Batuk premium bre." ucapnya kepada ketiga temannya.
"Gue curiga itu spidol sebenernya toa." sahut Abraham.
Guru perempuan dengan kaca mata dan rambut hitam klimis itu membalikkan badannya, tidak lagi menghadap papan tulis.
Menatap garang keempatnya, "Kalian berempat! Berdiri!" suruhnya.
"Saya nggak berisik, Bu." keluh Galih kesal.
"Lo berisik juga!" sahut ketiga temannya kompak, membuat Galih memutar bola matanya dan mau tidak mau ikut berdiri bersama ketiga temannya itu.
"Kalau kalian tidak bisa menjawab soal yang ibu berikan, kalian ibu hukum." ucap Guru itu.
Keempatnya hanya menghela nafas.
"Sebutkan tokoh Nasional yang mengetik naskah proklamasi!" ucap Guru itu memberi soal.
"Itu pertanyaan bukan materi hari ini kan?" tanya Abraham berbisik.
"Bukan njir, nggak jelas nyokap lo." jawab Ozy berbisik.
Abraham menghela nafas, "Sayuti bukan? Ju?" tanya Abraham kurang yakin.
Raju mengangguk, membenarkan jawaban Abraham, tapi, "Ada nama panjangnya."
"Apa?"
"Lupa."
"Sayuti Soebardjo." suara itu terdengar mengesalkan.
Sontak Abraham, Ozy, dan Raju menoleh ke arah sumber suara dan juga sumber masalah itu. "Achmad Soebardjo, goblok." maki Raju.
"Lo belum pernah di tabok sepatu pas lagi belajar kan, Lih?" sarkas Ozy.
Abraham menggeleng-gelengkan kepala, "Dahlah males."
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Q & R [ADIKTIF]
Teen FictionMencintaimu itu lucu, Kamu memperlakukanku semaumu, Tapi, bagiku, kamu semacam candu. "Harga hati berapa?" "Milyaran rupiah." "Mahal yaa, Queen kasih gratis kok malah di sia-siain?" Mereka sama-sama rapuh, bedanya keduanya memiliki cara masing-masi...