24. PELAMPIASAN

684 109 71
                                    

"What the—" Raju mendelik kepada Ozy. Saat mendapati kamar temannya itu sudah diisi oleh dua perempuan yang telah menunggu kedatangannya.

"Biar lu nggak mikirin yang onoh terus."

Raju terus mengernyit heran, "Orang gila." ia berniat membalikkan badannya keluar dari kamar temannya itu. Janjinya hanya mencoba Play Station 5 yang baru-baru ini dibeli Ozy, namun apa yang menunggunya di sini? Sinting!

"Temen lo yang nggak bisa move on ini Zy?" ujar salah satu perempuan di sana, sambil melihat-lihat hasil nail art di kukunya.

"Biar Nadya aja, lo sama gue." ujar Ozy.

Sontak Raju menatap perempuan yang satu lagi, sedang duduk di sofa dengan rokoknya. Nadya namanya.

"Sebelah kan?"

"Pake aja, kamar kosong."

Ozy brengsek.

"Ayo, Raju kan? Ngobrol aja nggak usah langsung main." tegur Nadya merekatkan tangannya pada lengan Raju, menariknya ke kamar sebelah.

Sesampainya di kamar kosong itu, Raju duduk di kasur empuk itu. Hanya ada satu kasur dan satu lemari di sana, biasanya kamar ini hanya ditempati saat keluarga jauh sedang berkunjung.

Perempuan berambut panjang dengan sedikit warna silver itu pun ikut duduk di sana, tidak terlalu dekat, "Nadya, temennya Ozy."

Raju mengangguk, "Kenal dimana?" responnya singkat, tidak mau suasana canggung, tapi tidak mau juga sampai terlalu jauh.

"Cewek yang tadi? Sela mantannya Ozy, gue temennya." ujar Nadya memperkenalkan secara singkat.

"Oh... okei..."

"Canggung ya? Gue juga bingung tiba-tiba di ajak, emang sih sebelumnya gue bilang mau one night stand, jadi... ya... gitu deh, tapi harus sama-sama consent juga kan? Sadis kali gue merkosa cowok."

Raju hanya tersenyum tipis merespon itu, seperti membiarkan saja Nadya berbicara memecah suasana.

"Jadi, gimana?"

"Gimana apa?" tanya Raju, benci sekali momen saat perempuan mendesaknya.

Nadya mengeluarkan sesuatu dari saku rok celananya, benda kecil itu diletakkan di paha Raju.

"Gue nggak bisa." Raju bangkit dari duduknya, segera ditahan, "Ya udah, mau yang gimana?" tanya Nadya mendekat.

Saat mendekatkan kepalanya kepada Raju, lelaki itu menahan lehernya.

"Please..." Raju sedikit mendorongnya.

"I'm the only one who should say please."

Raju benar-benar mengutuk ide Ozy sekarang. Ia benar-benar berjalan keluar meninggalkan kamar itu, sebelum dua tangan terulur memojokkannya di belakang pintu.

"Nad—"

"We don't even need to take off our clothes, right?" ditariknya tengkuk Raju tanpa peringatan.

Baru berlangsung dua detik, Raju segera mendorong kedua pundak itu menjauh darinya, "Gue nggak bisa ONS." ujarnya mengelap ujung bibirnya.

"Kenal lebih deket? Sure." Nadya menyodorkan tangannya, "Handphone." ucapnya meminta handphone Raju.

Tanpa mau berlama-lama lagi, Raju memberikan handphone itu dan membiarkan Nadya mengetik dan mencoba menelpon nomornya di sana.

"Udah?" Raju bersandar di dinding penuh kesal.

"Udah." jawab Nadya merasa tertantang dibuatnya. Saat handphone tersebut masih di tangan Nadya, panggilan berdering masuk. Nama Queen tertera di layar, "Mantan yang dibilang Ozy?" ia menyerahkan handphone itu sambil bertanya.

2. Q & R [ADIKTIF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang