21. TENTANG MEREKA

14.7K 1.1K 2.7K
                                    

Hai hai, karena sudah membuat kalian menunggu sangat lama, aku kasih part ini hampir sepuluh ribu kata, tapi nggak sempat aku revisi nih jadi maaf kalau ada typo atau kesalahan kata hehe...

selamat membaca ^^

•••

Cause i know i can treat you better than he can.

•••

"Bun! Bunda!" teriak seorang anak laki-laki yang berlari menuju parkiran, "Nebeng lagi, Bun, hehe. Motor Dehaan masih di bengkel." ucapnya cengengesan dan memasuki mobil itu.

Saat meletakkan tasnya di samping, Dehaan melihat seseorang di sebelahnya, "Biasanya naik taksi, Kak Jess." sapanya kepada Jessika.

"Tau, nih, kalian berdua biasanya nggak mau pulang bareng Bunda." balas orang yang mereka panggil Bunda itu melirik dari cermin, "Ah, Bunda mobilnya bau jeruk, sumpek, banyak jilbab berantakan, inilah itulah."

Jessika tertawa, "Lagi hemat, Bun. Uang bulanan dari ayah udah menipis." jawab Jessika.

"Nah, itu. Sebenernya motor Dehaan udah bisa diambil dari dua hari yang lalu. Tapi karena uang bulanan belum cair dari Pak Bos, so... yeahhhhh, mending cari aman aja." tambah Dean menyetujui alasan Jessika.

Mobil melaju, "Bunda capek nih ngajar kelas sepuluh. Kok pada nakal-nakal banget ya, beda sama kelas sebelumnya."

Dean melirik Bundanya sebentar, lalu kembali menatap handphonenya, ia sedang membaca sebuah poster di sosial media.

"Kelasnya Dehaan ya, Bun?" tanya Jessika memajukan dirinya.

"Iya, apalagi kelas yang Bunda pegang."

Dean memasukkan handphonenya ke dalam saku, "Tapiiii, untungnya Bu Hamidah yang terhormat ini bukan wali kelas Dehaan." balas Dean tersenyum lebar.

"Untungnya?!" balas Bunda mereka, alias Bu Hamidah yang juga menjabat sebagai guru mereka di sekolah.

"Nyetir yang bener, Bunda." ucap Dean dengan senyumnya yang meledek.

Dean mengambil secangkir tehnya dan membawanya bersama gitar ke gazebo bambu yang berada di belakang rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dean mengambil secangkir tehnya dan membawanya bersama gitar ke gazebo bambu yang berada di belakang rumahnya. Saat mendudukkan pantatnya di sana, lelaki itu menarik napas dengan dalam dan sangat nyaman, ia berkata, "Huuuuuhhhh, enak banget hidup." lalu menyesap tehnya, menikmatinya bersama angin sejuk pada sore hari ini.

"DEHAAN, JANGAN MINUM TEH HERBAL PUNYA KAKAK!" 

"Haaaahhhhh, nggak jadi enak." helaan napas lelah baru saja ia lakukan setelah mendengar teriakan Jessika dari dalam rumah, sepertinya perempuan itu memiliki keahlian khusus, karena saat tadi ia membuat teh, kakaknya itu tidak ada di sekitarnya. "IYA NGGAK DEHAAN MINUM, TAPI TEGUK." balasnya sambil memposisikan gitar di pahanya.

2. Q & R [ADIKTIF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang