Perihal kehidupan. Yang patah akan tumbuh, yang hilang akan terganti.
•••
Raju melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah, sebuah dasi abu-abu berada dalam genggamannya. Sampai akhirnya ia melihat Galih yang sedang tiduran memejamkan mata di tengah lapangan yang masih bersuhu dingin.
Raju melempar tasnya yang sangat ringan ke wajah Galih, membuat lelaki itu sedikit murka dan menyingkiran tas itu dari wajahnya yang tadi damai, "Ya elah, anjing." umpatnya saat melihat Raju menjulang tinggi berdiri di samping kepalanya.
Galih kembali memejamkan matanya. Menganggap Raju tiada. "Bangun atau gue tendang kepala lo yang kosong itu?" ucap Raju masih datar. Matanya beralih ke terik matahari yang menyorot dari arah berlawanan, wajahnya terkena cahaya itu dan mengharuskan dirinya menyipitkan matanya.
Galih menghela nafasnya dan duduk lalu menongak ke Raju, "Wih bersinar banget muka lu." ucapnya.
"Pindah ke pinggir, gue mau ngomong." ucap Raju serius. Menunjuk pinggir lapangan.
"Elahhhh." Galih menarik tangan Raju hingga lelaki itu ikut duduk disebelahnya. "Serius amat, mau ngomong apa?" Galih meluruskan kakinya dan menumpukan badannya dengan telapak tangan yang menyentuh aspal lapangan di belakang badan.
Sedangkan Raju menaikkan kakinya hingga lutut sejajar dengan dada. "Gue nggak enak sama Queen." ucapnya mengawali apa yang ingin ia bicarakan.
Galih menoleh sebentar dan kembali menatap lurus ke depan, "Uno?"
"Iya."
"Baru kali ini lu punya rasa bersalah."
Raju tidak merespon.
"Dia tau?" tanya Galih.
"Tau."
"Kok bisa?"
"Gue."
"Bego. Kenapa lu kasih tau?" kali ini Galih benar-benar menoleh ke Raju.
"Kasihan, udah sering salah paham. Dia terlalu anggap apa yang gue lakuin ke dia itu spesial, padahal biasa aja."
"Salah lu juga ngasih harapan. Cewek emang gitu."
"Nggak tau, pusing gue sama cewek. Hidup sendiri aja berantakan, ditambah dia."
"Jadi sekarang mau lu gimana?"
"Nggak tau."
"Serius, lu tolol banget soal cewek."
"Heem."
"Jangan gantung gitulah. Kalo nggak mau ya lu tinggal, kalo mau ya lu pertahanin."
"Enggak segampang itu. Hari ini aja gue ada janji sama dia, gara-gara temen sialan lo itu."
Galih terkekeh mendengar Raju menyebut Ozy dengan embel-embel sialan. Memang, ide untuk mengajak Queen jalan saat malam minggu itu keluar dari mulut Ozy.
Raju memutar bola matanya ke arah pintu gerbang, sebuah sepeda motor baru saja masuk ke area sekolah. Ia berdiri, melepas dasinya begitu saja dari genggaman tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Q & R [ADIKTIF]
Teen FictionMencintaimu itu lucu, Kamu memperlakukanku semaumu, Tapi, bagiku, kamu semacam candu. "Harga hati berapa?" "Milyaran rupiah." "Mahal yaa, Queen kasih gratis kok malah di sia-siain?" Mereka sama-sama rapuh, bedanya keduanya memiliki cara masing-masi...