part 25. selingkuh

703 91 4
                                    

Rekomendasi lagu.

|Cry for me~ Twice|

"Aku ingin kau menangis seperti aku menangisi mu."~'CRY FOR ME

o00

Hari ini Deva pusing. Belum lagi Mamanya baru saja menelpon tidak bisa menjemput karena urusan mendadak. Deva cukup tersenyum karena Kirana terus meminta maaf karena tidak menepati janji untuk menjemputnya. Padahal Deva sudah bilang, ia bisa pulang bareng Ayu.

Tapi lagi-lagi Ayu tidak bawa kendaraan. Ia baru saja dijemput abanganya yang polisi itu, mau nebeng Deva malah tidak enak dan menolak ajakan Ayu tadi.

Ingin memesan ojek online, kuotanya habis. "Ntah gue yang nggak mood buat hidup, atau takdir yang kebetulan," ucap Deva ketika melihat motor Aksa mendekat ke arahnya.

"Ayo, gue antarin."

Deva menghela nafas, seharian ia menghindari Aksa dengan alasan tidak mood dan pusing. Tapi kali ini, ia harus naik dan memegang baju seragam Aksa.

"Maaf kalo gue ada salah, lo jangan ngehindar lagi." Aksa mengajaknya mengobrol saat motor Vespa cowok itu mulai bergerak.

"Sore ini lo ada acara, gue mau ngajak lo keluar."

Deva sekali lagi menghela nafas, sebenarnya tidak ada yang salah diantara dirinya dan Aksa. Jadi kenapa harus menolak. "Boleh, jemput aja."

"Lain kali kalo gue buat salah lo ngomong ya. Serius aja, sepintar apapun cowok, dia nggak akan tau apa yang ceweknya rasakan," ucap Aksa ketika berhenti di lampu merah.

Lagi, Aksa membuatnya tersenyum. Sebenarnya alasan menghindari Aksa sehari ini bukanlah hal yang baik. Contohnya, barusan cowok itu membuat jantungnya berdetak dengan pipi bersemu.

"Ceweknya?" Ucap Deva pelan, ia menatap ke arah samping tanda salah tingkah.

"Iya, lo itu cewek gue. Stop, anggapan kita ini nggak punya hubungan apa-apa. Terus kedekatan kita berapa bulan ini apa? Terus hubungan kita hampir tiga tahun ini apa?"

Deva lagi-lagi tersenyum kecil. "H'mm." Deva tidak tau harus membalas apa. Benar kata Aksa, mereka itu pacaran. Walau dulu Deva menolak DNA menyangkal hubungan ini, tapi makin kesini Deva sadar. Jika ia bahagia bersama Aksa.

Seperti janji Aksa tadi siang sepulang sekolah, cowok itu menjemputnya tepat pukul lima sore. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kini Aksa nampak mengendarai motor bebek merek beat. Bukan motor Vespa butut cowok itu.

"Ini motor teman sebengkel gue, tempat kerja waktu itu." Aksa menjelaskan seakan tau keheranan Deva.

"Motor Vespa lo rusak. Kalo rusak kenapa masih ngajak jalan, kan nggak enak minjam motor orang. Siapa tau orangnya perlu, gimana?"

Aksa terkekeh, "Bawel, ayo naik." Aksa menariknya mendekati motor.

"Emang kita mau kemana?"

"Mau mewujudkan apa yang lo mau?"

Deva malah terheran di belakang. Makin heran lagi ketika Aksa memberhentikan motor itu di lapangan sepak bola. Lapangan terlihat sunyi, hanya ada tiga orang anak yang sepertinya sedang main lompat tali di ujung lapangan.

"Ayu bilang, lo curhat sama dia," ucap Aksa sambil turun dari motor.

"Lo mau coba naik motor itu gimana rasanya. Makanya gue bawa lo kesini."

Deva membelalakkan matanya, apa-apaan? Ayu asam!! Enak saja membongkar curhatannya kepada Aksa. "Terus, makanya lo minjam motor bebek ini?"

Aksa mengangguk sebagai alasan. "Ayo?" Ajak Aksa kembali menghidupkan motor tadi.

AKSA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang