bab 35. and ya, you win

711 97 22
                                    

Rekomendasi lagu......

|Belum siap kehilangan~ Stevan Pasaribu|

"Mau kamu secinta apapun sama aku, kalau takdirnya kita pisah. Aku dan kamu bisa apa?"
~Adeva Putri Embun

o0o

Deva bergegas masuk ke dalam rumahnya ketika melihat mobil terparkir di depan rumahnya. Ia yakin itu mobil teman Kirana, Mamanya sudah pulang ternyata. Deva masuk ke dalam rumah.

Saat di ruang tamu, ia melihat Mamanya bersama teman kerjanya. Tante Janna, kalau Deva tidak salah. "Ma? Udah pulang," ucap Deva pelan.

Deva mengerenyit ketik Mamanya nampak tertunduk dengan handphone di telinganya. "Ma?" Panggil Deva mendekati Kirana. Duduk di samping wanita itu dan melayangkan tatapan bertanya apa kepada Tante Janna.

Tante Janna nampak menghela napas sambil menggeleng kecil. "Mama kenapa? Dari mana aja?" Tanah Deva pelan sambil memeluk Kirana dan mengusap punggung Mamanya itu.

"Papa kamu Deva," lirih Kirana pelan. Isak tangisnya mulai terdengar saat mengucapkan sepatah kata.

"Papa kenapa ma?"

"Dia di kantor polisi, tadi polisi nelpon. Mama—" ucapan Kirana terhenti karena isak tangis Kirana makin kuat dan memeluk Deva erat sekali.

Deva menahan nafasnya. Hal yang ia paling takutkan akhirnya terjadi. Hal yang ia tidak ingin kan dan menyangkal jika semua ini tidak benar terjadi. Deva harus apa. Ini sungguh kenyataan yang menjengkelkan, ia harus bagaimana menghadapi dunia.

"Papa kamu pembunuh Deva!" Suara mamanya terdengar putus asa dengan tangis yang makin kuat. Oh shit, Deva sudah janji tidak ingin menangis saat hari seperti ini datang. Tapi melihat Mamanya yang down Deva malah ikut menangis.

"Istirahat aja dulu kalian, kalau ada apa-apa telpon Tante ya. Tante pulang dulu," ucap Janna pamit, sempat mengusap punggung Kirana dan rambut Deva sebelumnya.

"Makasih ya Tante," lirih Deva pelan. Ia tersenyum kecil, tapi ketahuilah Deva terlihat tersenyum pedih saat ini juga.

"Ma," lirih Deva pelan. "Mama istirahat aja yuk, besok kita ke kantor polisi. Kalau sekarang udah malam Ma," ucap Deva pelan.

"Gimana mau istirahat. Mama pusing, pantasan papa kamu itu kabur. Ternyata dia udah jadi buronan polisi. Kurang ajar!"

Deva menghela nafas, wajar mamanya semarah ini. Deva juga ingin rasanya marah. Tapi ia tak tau harus melupakannya ke siapa. Bagaimana nanti jika mamanya tau ternyata korban adalah keluar Aksa, padahal Kirana sangat mendukung hubungan Deva dengan Aksa.

"Kita harus gimana? Mama ngga tau lagi harus apa. Besok rumah ini bakalan ikut disita bank. Mama belum ada pinjaman, minjam ke siapa segitu banyak tanpa jaminan."

Deva mengangguk mengerti. "Pasti ada jalannya ma, kita istirahat ya. Mama kelihatan capek," ucap Deva prihatin melihat wajah dan kantung mata menghitam Kirana.

"Tidur sama mama ya, mama mau dipeluk," lirih Kirana kembali memeluk Deva. Deva tentu saja mau, ini yang ia cita-citakan dari dulu sebenarnya.

"Ayo ma," ajak Deva mengiring Kirana ke kamarnya.

🎱🎱🎱🎱🎱

Tengah malam pukul 2 pagi, Deva terbangun. Melepas pelukan Kirana dari pinggangnya lalu mengambil handphone yang ia charger semalam. Deva keluar kamar mamanya, pergi ke dekat jendela lalu duduk di sana.

AKSA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang