28. it's not fine

630 86 19
                                    

Sumpah, kalian harus dengerin lagu ini. Apalagi pas galau, bwuuhhh tambah nangis dehhh. Apalagi di baca untuk part ini, moga suka.

|Fine~~~taeyon.|

"Sebaik apapun aku mencoba, tetap saja kita tidak baik-baik saja."
~Adeva putri Embun

o0o

"lusa kalian ikut papa ke rumah om Broto," ucap Andres di meja makan pagi ini.

Deva mengalihkan tatapannya ke arah Mamanya. "Aku ada kasus mas, lagian tumben kesana?" Tanya mamanya sambil mengunyah roti selai di tangannya.

Om Broto adalah kakak Papanya, tinggal di Bandung. "Lagian hubungan kalian ada masalah," lanjut Mamanya pelan.

"Aku mau minjam uang. Ngegadain BPKB mobil."

Deva diam, ia melihat mamanya menghentikan kunyahannya. "Minjam uang lagi? Mas, kamu baru aja ngegadain rumah ini!"

"Ya mau bagaimana, kantor lagi butuh uang banyak. Kamu tau sendiri mendirikan perusahaan itu butuh banyak modal."

Deva tidak ikut dalam perbincangan ini. Tapi dia tau papanya sebenarnya salah. "Lagian kenapa sih kamu kerja aja. Kenapa harus mendirikan perusahaan segala?"

"Kamu sebaiknya diam, ini urusan aku. Lagian aku cuma butuh muka kalian berdua buat dapat pinjaman dari Broto."

Mamanya menghela nafas. "Gimana kalau gagal. Kamu mau ngehilangin semuanya, uang tabungan aku setengah udah kamu pinjam juga!"

"Ntar aku ganti kok, lagian kalau aku sukses yang senang itu kamu juga!"

"Aku atau selingkuhan kamu!" Bentak mamanya sambil membanting garpu di tangannya.

Deva melihat papa mamanya secara bergantian. Jujur saja, selama 17 tahun ia hidup, baru kali ini ia melihat mamanya membentak papanya. Biasanya pun kalau ada adu mulut mamanya akan menyahut seadanya.

"Maksud kamu apa! Kamu jangan cari gara-gara ya! Ini masih pagi," ucap Andres.

"Lusa kita berangkat, nggak sampai satu hari kok. Itu aja ribet," lanjut Andres pergi begitu saja dari hadapan mereka.

Deva melihat ke arah Mamanya. "It's okay?" Lirih Deva pelan menyentuh pundak mamanya.

"Mama harus bagaimana mencegahnya. Papa kamu terlalu banyak modal untuk usahanya yang belum jelas menghasilkan itu."

Deva mengangguk. "Deva ngerti," lirih Deva pelan.

Harus bagaimana, papanya itu keras. Semua orang dirumah ini harus menuruti ucapannya. Ntahlah, Deva punya dosa apa di masa lalu sampai lahir dengan menyandang status sebagai putri Andres.

,🎱🎱🎱🎱,

Tidak ada yang berubah semenjak kejadian di taman. Seminggu setelah kejadian itu, Deva dan Aksa menjalankan hidupnya seperti biasa. Tapi bedanya kali ini, Deva memilih sedikit menjauh dari Aksa.

Sepanjang hari Deva selalu percaya, jika orang itu bukan Papanya. Sepanjang hari Deva berusaha untuk percaya, sebuah foto bukanlah bukti.

"Pagi," ucap Aksa pelan sambil menautkan kelingkingnya ke jari Deva yang menggantung.

Koridor terlihat rame, dengar-dengarnya ada pendaftaran SNMPTN. Deva jujur saja, untuk kuliah ia tidak tertarik membahasnya saat ini. Lagian namanya juga tidak bisa mendaftar melalui jalur itu.

"Lusa gua mau ke Bandung, kerumah paman." Deva berjalan pelan di samping Aksa yang terlihat sibuk dengan handphonenya.

Katanya, ada uang kiriman gaji dari bengkelnya. "Uang gua masuk nih, mau nonton nggak?" Tanya Aksa sambil tersenyum kecil.

AKSA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang