part5. Arnold

1.1K 140 20
                                    


Absen hayuk..... Ntar dikasih seblak.


Bukan ini yang diinginkan Deva, berduan bersama Aksa. Baginya ini seperti mimpi buruk yang menjadi kenyataan, bagaimanapun Aksa adalah orang yang harus ia hindari.

Hampir tiga puluh menit mereka saling diam-diaman. Hanya suara ributnya anak dramband diluar sedang latihan mengisi suara hening disini.
Aksa memang datang ke mejanya, duduk di sampingny--- kursi Ayu.

Tapi yang menjadi masalah, kenapa sampai sekarang tidak ngomong-ngomong. Kenapa jadi akaward begini. Ingin rasanya Deva berteriak di depan muka Aksa saat ini juga. Sok cool lo anjim!

Tapi itu tidak akan mungkin karena nyalinya akan ciut ketika mata tajam itu menatapnya. Cukup sudah! Deva mengambil tasnya, menyandangnya lalu beranjak dari kursi. Suara nyaring dorongan kursi membuat Aksa menegakkan kepalanya yang tadi di telungkup kan di meja.

"Mau kemana?" Tanyanya agak ngegas. Jika ini komik mungkin sudah ada kepulan asap di kepalanya. Lo kenapa masih nanya?

"Mau pulang! Kenapa!"

Aksa menggeleng, lalu ditariknya tangan Deva untuk duduk kembali. Deva sempat terkejut karena tarikan Aksa yang tiba-tiba. Orang aneh, tadi pura-pura tidur. Giliran Deva mau pulang ditarik-tarik.

"Buka buku lo, kita belajar."

"Dari tadi kek." Deva membuka kembali tasnya. Mengeluarkan buku paket dengan judul 'Ekonomi' di atasnya.

"Ekonomi? Kenapa harus ekonomi? Bukannya ini mudah?"

Deva mengerjap ketika suara Aksa berdengung di telinganya. Deva baru tau kalo cowok pintar ini merendahkan pelajaran. Yah, meskipun itu mudah bagi Aksa. Tapi tidak dengan Deva, ini sulit! Bukan ini sih, tapi semua mata pelajaran.

"Lo sombong juga ya ternyata?" Upss, sungguh itu keluar tanpa Deva sadari.

"Gue pintar, wajar kalo gue sombong. Nggak kayak lo, otak udang."

Lagi-lagi Deva mengerjap ketika sentilan tangan Aksa di keningnya. Apa itu? Kenapa Aksa berlagak seperti mereka sudah akrab saja. Rasanya ini terlalu berlebihan untuk percakapan pertama.

"Selain sombong lo juga pembuly ya?"

Aksa diam, ia lebih memilih mengambil buku paket yang dikeluarkan Deva tadi. Membukanya lalu mencari halaman yang menurutnya sulit dimengerti untuk ukuran Deva. Aksa tau itu!

"Ini? Lo baca, terus tanya sama gue apa yang nggak lo ngerti."

Deva menggerutu, mulai membaca paragraf demi paragraf di sana. Otaknya berdenyut kala istilah-istilah yang tidak dimengertinya keluar begitu saja dari kalimat itu. Hampir lima menit waktu Deva untuk membaca satu halaman penuh buku ini.

"Nih, udah." Deva menyerahkan bukunya tadi ke Aksa. Lalu menatap cowok itu yang sedang menatapnya. Apaan?

"Apa yang nggak lo ngerti?"

"Gue bahkan nggak tau apa yang nggak gue ngerti. Lo jangan tanya gue lah!"

Aksa menghela nafasnya, bagaimana bisa pelajaran yang mudah ini dibawa susah oleh Deva. Apakah memang begitu adanya, sehingga cewek ini selalu rangking terakhir 3 tahun berturut-turut dan tidak pernah bergeser sedikitpun.

"Gue bakalan kasih lo catatan. Mana buku tulis lo." Deva mengerenyit, lalu mengikuti permintaan Aksa yang meminta bukunya. Memberi buku kosong kepada Aksa.

"Mau nulis apa emang?"

Lihatlah! Bahkan ucapannya saja tidak di gubris oleh Aksa. Dasar cowok aneh, tapi dilihat dari dekat begini Aksa jauh lebih tampan. Rambut legamnya sedikit gonlan drong, lalu raut wajahnya yang serius mencoret-coret buku.

AKSA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang