26. luka lama

617 87 5
                                    

Rekomendasi lagu

|Blackpink, you never know|

Rekomendasi banget buat kalian yang lagi galau.



o0o

Siang ini Aksa datang ke kantor polisi. Semalam setelah mengantarkan Deva pulang ke rumahnya, Aksa mendapat telpon dari bang Jay untuk ke sini. Aksa datang bersama surat-surat penting yang bang Jayden suruh bawa.

Aksa senang, bang Jayden tidak bohong dengan ucapannya. Anak dokter Chese itu benar-benar membantu Aksa menangkap kasus ini.

Kabar baik juga Aksa dapat kemarin, saat dirinya pergi ke rumah sakit Anya atas penggilan dokter Chese. Kata dokter Chese Anya sudah mau bicara, mau menanggapi pertanyaan orang lain. Ntah kapan pastinya, kata dokter Chese, Anya dapat menanggapi semenjak Deva dan Aksa Sayange aktual itu.

"Bang!" Panggil Aksa menaiki tangannya tanda ia memanggil Jayden yang menatap sekeliling mencari Aksa di kantin kantor polisi.

"Apa kabar?" Jayden bertanya ramah, setelah Aksa menjabat tangannya sopan.

"Baik bang."

"Saya dengar dari mama Anya mulai merespon ya?"

Aksa tersenyum mengangguk, "Iya bang, kabar yang baik," ucap Aksa semangat.

"Bagus kalo begitu, Anya adalah kunci kita."

Aksa kembali menyetujui ucapan Jayden. "Apa nggak terlalu cepat kalo kita langsung tanya-tanya sama Anya bang?"

"Saya udah bicara sama mama. Kalo kita bicara pelan-pelan dan Anya nggak ada gangguan dengan pertanyaan kita, berarti nggak masalah."

Aksa mengangguk. "Ini titipan bunda bang, kata bunda terimakasih banyak sama Abang yang udah bantuin kita." Aksa menyerahkan kantong berisi tempat nasi di dalamnya.

Bundanya memasak nasi dengan lauk rendang daging di dalamnya. "Kata bunda, kapan-kapan beliau akan datang menemui Abang."

"Wahh, kebetulan saya belum makan." Jayden membuka tempat nasi tadi dan mulai menyicipinya.

"Bunda ada bicara tidak sama Anya?" Tanya Jayden sambil makan.

Aksa menggeleng, "Bunda belum berani bang. Takut kejadian dulu terulang."

"Iya juga, tapi saya yakin kita bisa dapat sedikit bukti dari Anya."

Aksa mengangguk, "Butuh berapa lama bang?"

Jayden menggeleng. "Tergantung, karena kasus kamu udah ada bukti pembunuhan dan hasil lab rumah sakit lima tahun lalu. Kita tinggal bawa ini ke pengadilan, dengan saksi saja."

"Saksi bang?" Lirih Aksa pelan.

"Kita butuh Anya," ucap Jayden menatap Aksa dalam.

"Tapi di kejadian itu hanya Anya yang ada bang. Anya yang menyaksikan semuanya, Anya yang memeluk ayah yang udah berdarah-darah bang."

"Anya yang tau semuanya, siapa yang membunuh ayah itu cuma Anya yang tau. Sampai Anya trauma dan bahkan masuk rumah sakit jiwa, itu semua Anya yang nanggung bang," lirih Aksa. Matanya berkaca-kaca.

"Apa haru Anya juga yang bicara di depan hakim?" Tanya Aksa pelan.

Jayden kembali mengangguk. "Tidak ada pilihan lain Aksa. Kita hanya butuh saksi di kasus ini. Bukti, surat dan orang yang kita curigai sudah ada."

"Tapi Aksa takut bang," lirih Aksa pelan.

"Dia orangnya Aksa. Dari tangkap layar percakapan ayah kamu dan email lima tahun yang lalu sudah ada sebagai bukti. Kita hanya membutuhkan Anya sebagai penegas siapa dia."

AKSA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang