Ost | hello~ sohyang| ost 18 again
Ada yang nonton dramanya nggak, enak banget loh.
Komennnnn, aku butuh komen. Bukan vote. Komenan kalian itu bikin semangat lohhh.
o0o
Deva mengeratkan jaketnya, Aksa, cowok itu benar-benar gila. Jam 12.15 ia menyuruh Deva untuk keluar. Ngapain cobak? Yang ada mati karena kedinginan. Belum lagi ini baru langkah kelima puluh, tapi Deva sudah merasa kesepian.
"Aksa itu kenapa sih, gila atau nggak waras! Tapi gue juga gila sih, mau aja ngikut," gumamnya kesal. Langkah kakinya sudah merasa jauh, ini sebenarnya Aksa ngeprank atau kenapa sih.
"Sembilan puluh delapan, sembilan puluh sembilan, seratus!!" Deva menekan kata terakhirnya dengan mendongak ke atas.
Di depannya Aksa benar-benar terlihat tersenyum dengan tangan yang menyuruhnya naik ke atas. Aksa, cowok itu duduk di tanah yang menanjak ke atas, sepertinya bukit yang kecil. "Gila," ucap Deva langsung ketika telah berdiri di depan Aksa.
"Kenapa sih, kayak orang mau mati aja ngespam."
Aksa tak menjawab, ia menarik tangan Deva untuk duduk di batang kayu yang sudah jatuh. "Jangan marah-marah, nanti jerawatan."
"Teori dari mana tuh? Gue marah nggak marah tetap aja jerawatan."
"Ayo duduk, mau ngobrol?"
"Nggak, gue mau tidur," ucap Deva menjawab Aksa dengan ngegas.
"Bentar doang, suasananya enak loh. Tadi sama Korea lo mau-mau aja."
Deva duduk di samping Aksa, di batang kayu besar yang sudah terlihat agak rapuh dan berlobang di beberapa tempat. "Namanya Arnold, Aksa. Bukan Korea!"
"Lihat ke depan," Aksa menunjuk ke arah hutan lebat yang ada di bawah mereka. Bukit ini tidak terlalu tinggi, tapi cukup ngeri saat Deva membayangkan berguling-guling kebawah seperti di sinetron.
"Bagus," gumam Deva pelan. Daun-daun hijau pohon terlihat saat disirami cahaya bulan. Padahal bulannya hanya setengah. Bukan bulan purnama.
"Padahal bulannya cuma setengah," ucap Deva pelan.
"Siapa bilang?" Aksa menatap Deva dengan kening bertanya.
"Itu, jelas-jelas bulannya cuma setengah Aksa." Deva berkata kukuh dengan pendapatnya.
"Itu hanya terlihat di luar saja Embun, tapi sebenarnya masih ada setengah lagi di sampingnya, cuma nggak terlihat saja."
Deva masih menatap ke arah bulan dan pohon-pohon di bawah sana yang remang. "Tetap aja dia kesepian," lirih Deva pelan.
Bulan setengah itu seperti Deva, bersinar terang tapi merasakan kesepian. "Ada bintang," ucap Aksa menunjuk ke atas.
Suasana diam, Deva tak berkata lagi. Suasana sebenarnya sangat dingin, tapi Deva menikmatinya. Menikmati setiap suara deru nafas ia dan Aksa yang kelaut teratur.
"Jangan sedih," ucap Aksa setelah lama terdiam.
"Gue tau lo nggak bisa tidur kan? Kenapa?" Tanya Aksa lagi.
"Jangan sok tau, gue happy-happy aja," balas Deva pelan.
Aksa masih diam, tangan cowok itu yang tadi di saku Hoodie yang Deva beri, kini turun meraup tangan Deva yang kedinginan. "Gue tau Embun, selama ini gue tau. Cewek yang selalu ngegas dan keras kepala itu kesepian."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA [ON GOING]
Teen Fiction~Pacaran 3 tahun terus putus memanglah epic. Tapi pernah nggak sih lo! pacaran tiga tahun tapi nggak pernah kenalan, padahal satu kelas~ ini lah cerita Adeva, tentang hubungannya dengan teman sekelasnya. mereka tidak pernah kenalan dengan embel-embe...