KOMEN DAN VOTE, TIDAK MAKSA KOK. TAPI KALIAN NGGAK BAKALAN TAU, KARENA KOMENTAR KALIAN JADI PELAJARAN DAN SESEMANGAT TERSENDIRI BAGI AUTHOR
-oOo-
Siang ini Deva duduk di kantin bersama Ayu, dan---Arnold juga. Tiba-tiba cowok blasteran Korea-indo itu datang dengan senyum manisnya. Ayu segera menepuk kursi dan mereka mulai berbincang ria.
Berbeda dengan Ayu dan Arnold, Deva lebih memilih memakan mie ayamnya. Sesekali matanya menatap ke ujung kantin, disana Aksa dan Natya sedang bergurau semangat. Yah meskipun ada Bagas sebagai orang ketiga, tetap saja Deva sedikit---gundah dengan perasaannya.
Apa-apaan?
"Deva? Lo dengerin kita nggak sih?"
Deva memutar kepalanya menghadap Ayu dan Arnold yang menatap dirinya heran. "Kenapa?"
Ayu nampak bersungut, tetapi Arnold malah tertawa. "Kita mau nonton besok, hari Sabtu bakalan ada film horor yang rilis."
Deva hanya mengangguk, ia menyetujuinya. Besok hari Sabtu, sama dengan hari Jumat besok sekolah hanya sampai jam sebelas siang. Tak apalah, lagain Deva sudah lama tidak nonton film horor. Terakhir kali pergi ya, berdua dengan Arnold itupun nonton romance.
"Mata lo kayak mau bunuh si Aksa aja. Pacar posesif heh?" Seruan lantang Ayu membuat Deva melotot tajam.
"Lagian kenapa baru sekarang acuh, dulu-dulu kan Aksa biasa kok duduk berdua sama si Tante," lanjut Ayu pelan daripada suara tadi, cewek itu mengambil saus dan menuangkannya pada mangkuk mienya.
"Gue nggak merhatiin Aksa kok! Mata gue lihat kegantengan Olaf."
Terpaksa Deva harus membawa-bawa nama Olaf, si ganteng aktor muda yang lagi naik daun. Pengikut Instagramnya saja sudah 10 juta pengikut.
"Curiga gue, sebenarnya kalian itu kenapa? Tiba-tiba udah deket, tiba-tiba udah jauh, dingin lagi."
Arnold nampak menepuk tangan Ayu. "Nggak boleh gitu, privasi," ucapnya lembut.
Deva sempat terkesima, jelas-jelas Arnold itu Maco, tampan dan juga lembut. Selama hampir tiga tahun kenal dengan Arnold, Deva tidak pernah melihat cowok itu bicara naik dua oktaf. Seperti oppa-oppa Korea deh pokoknya.
"Gue cuma mau tau Ar, lagian sahabat lo ini penuh misteri tau nggak!"
Deva terkekeh, ia tau itu. Deva selalu sering menutupi hal-hal kecil sampai besar kepada Ayu. Padahal hanya cewek itu taman dekatnya, bahkan Deva sudah anggap sahabat. "Kan privasi Deva, kita nggak boleh maksa." Lagi, Arnold membelanya..
Pulang sekolah Aksa dan Deva belajar seperti biasa, tidak seperti hari lalu, rasanya hati ini sedikit canggung.
"Kita mulai?" Pertanyaan bodoh Aksa keluar begitu saja, kalo sudah duduk dan mengeluarkan buku tentu saja mulai gblk.Sambil belajar dan menyelesaikan contoh soal, Aksa memperhatikan Deva intens. "Semalam emang kemana?"
Deva mengadah dari pandangannya di buku, kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu? "Kenapa?"
"Pr nya kenapa lupa? Emang nggak ada yang ngingetin? Mama atau adik?"
Apakah hubungan mereka sejauh ini, bahkan Aksa tidak tau ia punya adik apa tidak. "Gue nggak punya adik, mama---sibuk." Hanya itu, ia tidak mungkin memberi tahu Aksa yang tidak-tidak.
"Yaudah, gue minta wa lo boleh?" ucap Aksa pelan, tangannya menarik buku dengan kertas kosong terbuka, tanda kalo ia ingin Deva mencatatnya di sini.
"Lo-h, kan di wa grup kelas ada?" Kenapa baru sekarang, kenapa dari dulu Aksa tidak menchatnya dengan mengambil nomornya di wa kelas.
"Nggak sopan nyimpan nomor orang tanpa diminta, apalagi tiba-tiba ngechat."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA [ON GOING]
Teen Fiction~Pacaran 3 tahun terus putus memanglah epic. Tapi pernah nggak sih lo! pacaran tiga tahun tapi nggak pernah kenalan, padahal satu kelas~ ini lah cerita Adeva, tentang hubungannya dengan teman sekelasnya. mereka tidak pernah kenalan dengan embel-embe...