part 23. gadis itu??

574 87 10
                                    

LAGU REKOMENDASI.

|DAY & NIGHT, OST START UP.|

BTW ADA YANG NONTON, KALIAN TIM SIAPA?

o0o

Deva diam, setelah membuka botol minyak angin ia duduk di atas kasurnya. Matanya masih memerah, bahkan hidungnya tersumbat saking sesaknya menangis hari ini.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi dirinya baru pulang dari rumah bang Abi. Kejadian hari ini--- seperti mimpi yang sangat buruk.

Deva bahkan sempat jatuh terduduk di rumah sakit karena merasa tidak percaya dengan kabar ini. Kabar kalo bik Minah meninggal tepat pukul sembilan pagi tadi. Sakit sekali.

Deva tahu ini akan terjadi, perpisahan dengan kata  meninggal dunia pasti akan ia lalui. Tapi apakah itu harus sekarang? Saat semuanya belum baik-baik saja, saat hatinya masih labil memilah dan memilih.

"Bik, Deva harus apa?" Lirihnya menatap pintu balkon kamarnya yang terbuka lebar. Tirai-tirai berterbangan disana karena terkena angin.

"Deva takut Bik, Deva nggak punya siapa-siapa lagi." Lagi dan lagi air matanya mengalir begitu saja.

"Bik, kenapa harus Deva??"

Deva memeluk lututnya, tangisnya makin terisak. Sakit sekali bila ada orang yang mendengarnya. "Bik, pintu balkon Deva belum ketutup," ucapnya, matanya mengarah ke arah pintu balok yang terbuka lebar.

"Biasanya bibik bakalan masuk ke kamar Deva. Marahin Deva karena selalu lupa nutup pintu balkon. Sekarang siapa bik, siapa yang bakalan ngingatin Deva, hiks."

"Siapa yang bakalan nanya hari-hari Deva di sekolah bik. Siapa yang bakalan ngingatin Deva makan, Deva butuh bibik!!!"

Deva berteriak saking sesaknya. Hatinya sesak, jiwanya melayang. Ingin rasanya menghempaskan diri ke lantai lalu terbangun dan ini semua mimpi.

"Deva harus apa," lirihnya sambil merebahkan badannya ke kasur. Menatap pintu balkon dan memejamkan mata.

Membiarkan angin malam yang kencang menerbangkan tirai-tirai balkonnya sehingga menimbulkan suara. Anggap saja itu nyanyian penenang dirinya hari ini.

🎱🎱🎱🎱🎱🎱

Deva bangun dari tidurnya. Jam 10 pagi, hari ini selasa ia terpaksa bolos. Lagi, air matanya keluar turun. "Kan, nggak ada yang bangunin Deva bik. Deva sakit bik, Deva sakit," lirihnya menatap matahari keluar dari arah pintu balkon yang masih terbuka.

Turun ke bawah, Deva malah menatap rumahnya yang sunyi. Menghidupkan televisi, Deva malah melihat mamanya di layar utama berita gosip pagi.

Mamanya ditulis sebagai pengacara perceraian dari artis papan atas tanah air. Deva menghela nafas, mematikan tv lalu keluar dari rumah.

"Pak Rahmat belum balik?" Bisiknya pada dirinya sendiri melihat pos satpam yang kosong.

"Benar-benar sunyi," ucapnya lalu duduk di teras rumah yang terkena sinar matahari.

Matanya mengarah pada gerbang rumahnya. Di sana ada Aksa, astaga kenapa cowok itu ada disana. Bukankah hari ini sekolah, lagian ini masih jam sebelas siang.

"Aksa ngapain?" Tanya Deva sambil membuka gerbang rumahnya.

"Hehehe, mau liat lo. Masih sedih?"

Deva mengangguk pelan. "Lo bolos," ucap Deva tidak percaya. Masak sih Aksa bolos, anak berlian SMA BIRU gitu loh.

"Nggak, emang lagi cepat pulang aja. Ayu sama teman lo yang cowok di belakang nyusul."

AKSA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang