Lagu rekomendasi.
|Misellia, akhir tak bahagia|
"Mengapa kita yang di pertemukan tuhan, padahal semua tau kita tak mungkin bersama!"
—adeva—
Deva menghela nafas, ia duduk di sebuah kursi di samping mamanya. Mereka akan bertemu papanya, membicarakan sesuatu yang penting, mungkin. Di sebuah ruangan yang hanya ada kursi dan meja, diawasi oleh empat orang polisi di setiap sudut ruangan.
Papanya datang dengan borgol di tangannya. Kepala pria empat puluh lima tahun itu berperban, mungkin ada luka disana. Belum lagi sudut bibir yang sobek dan mata yang membengkak seperti bekas tonjokan. Deva tak mengerti, tapi sungguh dari sudut hatinya ia kasihan melihat papanya saat ini.
Helaan nafas kasar keluar dari bibir Kirana, ia menatap Andres tajam. "Puas kamu mas, habis sudah! Ngga ada yang tersisa," ucapnya pelan tapi tegas di setiap katanya.
"Kamu dari dulu, emang mau menghancurkan aku. Dari awal kita nikah, sampai titik ini. Kamu ngga pernah lihat aku dan berkorban untuk aku!"
"Dia itu sahabat kamu kan mas? Kenapa kamu bunuh? Kenapa segitu sikopat nya kamu! Astaghfirullah," lirih Kirana lalu bersandar di sandaran kursi. Seakan ia lelah dengan semua ini.
"Kamu ngga merasa bersalah, kejadian itu lima tahun lalu mas. Dan kamu hidup biasa-biasa aja!! Dan uang itu kamu makan bahkan kamu buat untuk menafkahi kami! Uang hasil kecurangan kamu!!"
Deva menundukkan kepalanya, air matanya kembali menetes. Bukan ia yang salah, tapi ntah mengapa Deva sangat-sangat merasa malu, merasa bersalah. "Mas, kamu pernah ngga nanya alasan aku bertahan sama kamu?"
"Walau kamu selingkuh, kasarin aku. Perlakukan aku seperti orang asing di hidup kamu. Tapi aku masih bertahan mas, kenapa kamu ngga pernah nanya?"
"Alasannya satu mas, aku cinta sama kamu. Berulang kali aku bilang, tapi kamu ngga pernah mengerti. Siapa yang ada di saat kamu terpuruk dulu? Aku mas, pas kamu naik siapa yang ada di samping kamu? Aku mas. Tapi nyatanya, kamu bawa orang ketiga pas kamu naik-naiknya?"
"Sekarang kamu terpuruk lagi, dimana dia? Orang yang kamu banggakan itu? Hilang, di samping kamu siapa? Aku? Udah cukup mas, aku ngga mau lagi."
Hening, mama Deva menjeda kalimat panjangnya tadi. Ia menatap Deva, memegang tangan Deva lembut lalu meremasnya kecil.
"Mas semuanya habis, perusahaan kamu, rumah, mobil bahkan tabungan aku udah habis mas. Dan semua itu karena kamu."Mamanya menelan ludah pelan. "Aku memilih pisah dari kamu mas, aku dan Deva akan memulai kehidupan baru. Tanpa kamu ataupun bayang-bayangan kamu."
Papanya yang tadi menunduk mendengar kalimat-kalimat Kirana menegakkan kepalanya saat ucapan terakhir itu terucap. "Kirana, saya minta maaf. Benar-benar minta maaf sama kamu. Saya rusak masa depan kamu, lalu saya bawa kamu ke kehidupan saya yang suram."
"Sampai titik ini, saya belum pernah membahagiakan kamu. Saya menyesal Kirana, saya melepaskan kamu. Biarkan kita berpisah, saya malu sama kamu jika memaksa tetap di samping saya. Saya terima surat perceraian kita."
Kirana mengangguk, ia meraih tasnya yang ada di atas meja. Menatap Deva yang masih duduk menatap papanya dalam dengan mata berkaca-kaca. "Kamu masih mau bicara?" Tanya Kirana pelan, Deva mengangguk. Matanya tak lepas dari sang papa yang kembali menunduk.
"Mama tunggu di depan."
Deva menghela nafas. Ia tersenyum pahit. "Ini alasan papa nyuruh Deva putusin Aksa. Sebenarnya, papa benar. Seharusnya saat papa peringati Deva, Deva seharusnya mutusin Aksa. Kata papa biar ngga terlalu sakit kan. Tapi Deva ngeyel, Deva masih lanjut. Dan benar pa, sakit banget rasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSA [ON GOING]
Teen Fiction~Pacaran 3 tahun terus putus memanglah epic. Tapi pernah nggak sih lo! pacaran tiga tahun tapi nggak pernah kenalan, padahal satu kelas~ ini lah cerita Adeva, tentang hubungannya dengan teman sekelasnya. mereka tidak pernah kenalan dengan embel-embe...