19 | Anti Climax

17K 2.5K 1.9K
                                    

Aveyours, gas yuk. Gas. Biar cepat tamat. Ini aku kasih lagi deh biar ngegas. Biasanya sudah 2K aja votenya. Nah ini belum. Btw aku hopeless, pls doain aku cepat sembuh ya menurut kepercayaan masing-masing.





"Hyung, bagaimana yang aku lakukan tadi?" tanya Jungkook ketika kembali ke ruangan. Ia baru saja mendeklarkan perasaannya pada Taeri secara terang-terangan. Tinggal tunggu menyebar saja dari mulut ke mulut.

Seokjin hanya diam saja, lalu mengambil napas dengan wajah yang sulit dideskripsikan. Memijat kepalanya sambil duduk di sofa dengan satu kaki disilangkan. Tidak tahu harus mengatakan apa saat ini. "Kau—memang benar-benar hebat. Kau adikku," ujar Seokjin sambil mengangguk-anggukan kepala. Kalimatnya seolah pujian, tetapi wajahnya tidak menunjukkan seperti itu. Malahan lebih mirip orang frustasi.

"Hyung... kenapa wajahmu seperti itu? Aku hanya melakukan yang kau sarankan. Aku mencoba berani dan maju terus."

"Iya benar... tetapi tidak seperti itu juga. Kau itu—bukan lagi maju, tetapi menabrak."

Hening. Wajah Jungkook perlahan berubah menjadi panik sekali. "Hyung... maksudnya... aku melakukan sebuah kesalahan besar?" tanya Jungkook. Takut sekali. Melihat adiknya berwajah seperti itu, Seokjin jadi prihatin sendiri.

"Tidak juga. Tapi... kasihan Taeri. Setelah ini pasti akan semakin sulit. Bayangkan... dia dicintai oleh bos besar, tetapi tidak memberikan jawaban atau bisa dibilang menolak. Orang-orang pasti akan mengatakan macam-macam. Walau memang melakukan apapun, tetap saja akan ada omongan macam-macam. Setidaknya—kau harus mendiamkan."

Sama sekali tidak membantu. Jawaban Seokjin semakin membuat Jungkook kehilangan akal—gila. Dia baru saja membuat kesalahan besar. "Hua, Hyung! Lalu bagaimana ini? Aku malah membuatnya semakin sulit. Bagaimana kalau dia membenciku? Pergi dari kehidupanku?" rengek Jungkook sambil memegang kepalanya seolah akan siap meledak.

Jujur saja, menurut Seokjin itu agak berlebihan. Kaget melihat Ryu Jungkook si jenius, cekatan, serba bisa, tiba-tiba kebingungan seperti ini karena cinta. Nyatanya, adiknya tetaplah manusia. Tetaplah adik yang manis. Mungkin dia harus berterima kasih pada Taeri.

"Ya sudah terlanjur. Lebih baik sekarang pikirkan ke depannya. Perlakukan Taeri dengan baik dan manis. Tunjukkan perasaan cintamu itu, jadi dia akan jatuh hati. Tunjukkan ketulusanmu," saran Seokjin yang didengarkan dengan saksama.

"Bagaimana dengan ajak dia ke penthousemu? Maksudku—lihat anggur ini bahkan belum diminum sama sekali. Ini anggur mahal. Sayang sekali. Kita bertiga bisa minum bersama," ajak seokjin.

Diam-diam dia ingin melihat bagaimana interaksi Taeri dan Jungkook langsung tanpa skenario. Tanpa orang yang berusaha menghakimi mereka. Dia ingin melihat apakah wanita itu benar-benar mencintai dan pantas untuk adiknya. Bagaimanapun, Seokjin adalah seorang kakak yang sangat menyayangi adiknya. Ingin yang terbaik dan memastikan bahwa adiknya diperlakukan dengan baik.

Sekali lagi, Jungkook mengangguk. Benar-benar jadi penurut. Sejauh ini Seokjin sangat berterima kasih pada Taeri sekalipun secara tidak langsung. Penasaran dengan Taeri lebih dalam, ia mencari nama wanita itu di media sosial. Menemukan akun instragram Taeri yang pengikutnya tidak sedikit. Isi foto-fotonya elegan, kebanyakan postingan tempat-tempat dia berada, pakaian atau item lainnya seperti tas, gelang, kalung. Sedikit yang terlihat wajah, tetapi tetap ada dalam hitungan jari. Unggahannya juga tidak banyak, tetapi terlihat luxury. Kehidupan Taeri jika dilihat di Instagram cukup misterius tetapi sangat elegan—mahal. Orang pasti akan langsung mengira dia berasal dari keluarga berada.

"Cantik juga," kata Seokjin melihat postingan selca Taeri.

"Siapa?" tanya Jungkook buru-buru. Kakaknya jarang melihat wanita-wanita, dia suka kerja. Satu-satunya yang sering dipuji Seokjin adalah Seulbi, tetapi dari pemilihan kata dan nada suaranya, seperti orang baru.

A Perfect Scenario ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang