AKHIRNYA SAMPAI KE PART TERAKHIR. T.T Plis Give Me 2K vote atau comment. Kalau yang belum comment atau vote di part-part sebelumnya bisa divote. Sebenarnya vote itu lebih ke cara bikin senang penulis. Bikin semangat. Apalagi komen! Aku senang banget kalau banyak. Karena kemarin dikit, aku berusaha sebaik mungkin di part ini. Semoga kalian suka dan komennya banyak-banyak.
Btw pls sambil dengerin lagu sedih tapi bahagia gitu ya. Atau coba dengerin Driver License - Olivia Rodrigo. Biar berasa banget. Lagunya juga enak. Kisah nyata lagi wkwk.
"Kim Taeri... sebelum ke kamar dan bertemu dengan Taehyung, bisa kita bicara sebentar?" tanya Jimin tiba-tiba ketika mereka memasuki lift. Hanya berdua. Bagi Jimin mungkin itu adalah waktu yang paling tepat. Memandang ke lantai yang dapa memantulkan sosok keduanya seolah sedang berpasangan. Jimin tersenyum tipis.
"Tentu. Ku kira yang tadi itu sudah termasuk bicara yang kau katakan," ujar Taeri. Menggerakkan tubuhnya menghadap Jimin, Taeri memegang lengan yang tangannya sedang dimasukkan ke dalam celana itu. "Katanya mau bicara, tetapi malah tidak menatapku? Akunya malah diabaikan," kata Taeri protes.
Terlalu terbiasa, Taeri tidak pernah tahu sikap dia yang seperti ini cukup membuat Jimin kacau. Berdebar. Pusing. Ingin memeluk. Suka sekali setiap wanita itu mengoceh atau mengomel tetapi dengan cara yang menurut Jimin lucu, hanya padanya dan Taehyung. Kedekatan mereka cukup untuk menunjukan sisi yang tidak orang lain ketahui.
Menyerah. Jimin menoleh dan memberikan senyumnya. Sulit untuk menahan kedua bibirnya untuk tertarik ke atas dan matanya melengkung seperti bulan sabit. "Aku tidak mungkin mengabaikanmu. Mana pernah? Memangnya aku Taehyung? Sok mengabaikan padahal cinta mati," ucap Jimin sambil memberikan candaan. Ia tertawa.
Taeri bingung menanggapi kalau membawa-bawa tentang Taehyung, apalagi mengatakan gamblang perasaan Taehyung. Jujur saja, dulu dia ingin sekali mendengar pernyataan cinta itu dari mulut Taehyung atau orang sekitar tentan mereka berdua, tetapi sekarang tidak lagi.
"Kita akan berbicara di rooftop saja," tambah Jimin. Kali ini wajahnya lebih serius, tetapi semakin lembut. Sekali lagi tangannya mengusap kepala Taeri. Sering sekali seperti itu dahulu saat masih bertiga. Melihat tempat yang ditentukan Jimin, pasti ada apa-apa. Pasti ada sesuatu yang perlu dikatakan dengan serius, sebab membutuhkan tempat khusus, tidak sekalian saja di lift sambil menuju ke lantai atas.
Jimin menekan tombol untuk lantai yang mengarah ke rooftop. Keduanya sama-sama diam. Suasana berubah seketika. Tidak butuh waktu lama sampai ke lantai paling atas. Sama-sama keluar dari lift, berjalan melewati lorong dan naik ke beberapa anak tangga kembali sampai menemukan pintu yang mengarah ke luar. Pintu rooftop. Bukan rooftop tempat di mana dapat makan atau sekadar duduk sambl berbincang dan tertawa, benar-benar rooftop di atas yang jarang dikunjungi kecuali memang staf di sana. Jimin membuka pintunya, lalu mengulurkan tangan pada Taeri. "Ayo," ajak Jimin. Taeri membalas uluran tangan Jimin.
Rasanya seperti ketika Jungkook mengulurkan tangan untuk berdansa di aula. Seperti Taehyung mengajak berdansa di tempat mereka biasa melakukannya sejak dulu. Kali ini uluran tangan dari Jimin, di tempat berbeda. Tidak berdansa, tetapi mungkin perasaan mereka berdua yang akan dibuat menari-nari, melonjak naik-turun.
Keduanya berjalan ke arah tembok penyangga agar dapat melihat pemandangan dari atas sana. Membiarkan angin menyapu rambut mereka. Mempermainkannya. Jimin melirik pada Taeri. Angin sedang mempermainkan rambut Taeri. Menyapu leher Taeri. Jimin ingin jadi angin.
"Di sini indah juga. Sayang udara sedang dingin," kata Taeri sambil memandang ke depan. Rumah-rumah, gedung-gedung.
"Mau ku peluk agar tidak dingin?" tanya Jimin. Tiba-tiba. Taeri menoleh, agak terkejut. Biasanya dia tidak masalah, tetapi sekarang Taeri sudah memiliki kekasih, dan entah mengapa ucapan Jimin seperti berbeda. Bukan seperti Jimin yang biasanya menjadi sahabatnya dan Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Scenario ✓
Romance[Self Publishing ; Shopee ; bublekook ] Berbicara tentang bos di kantor, katanya, ada dua tipe bos di dunia ini ; 1. Pertama, yang saat pagi disambut sapaan ; "Selamat pagi, Tuan." di Kantor. 2. Kedua, yang saat pagi disambut dengan sapaan ; "Sudah...