Epilogue ; Meraki

17.5K 2.2K 889
                                    

Aku memutuskan post ini. Iya ini Last. Penutup untuk A Perfect Scenario versi wattpad. Penutup yang indah untukku. Semoga juga untuk kalian. Mengabaikan vote di part sebelumnya, tetapi walaupun cerita ini sudah tamat, tetap tinggalkan komen dan vote ya di part sebelumnya. Membuat kalian menjadi bagian di dalam cerita ini. Aku selalu konsisten dan fast update. Huhu nggak kerasa bakal pisah sama APS.





Melakukan sesuatu dengan meraki berarti menempatkan "bagian dari jiwa" ke dalam apa yang dilakukan. Termasuk "cinta yang intens dan perhatian terhadap sesuatu, terutama kegiatan".

Meraki ; May·rah·kee (pronounced: may-rah-kee); Greek; 1. To do something with soul, creativity, or love. 2. To put "something of yourself" into what you're doing.



Paginya Kim Taeri kali ini lebih indah daripada biasanya. Spesial. Walaupun sebenarnya dari semalam sudah spesial. Indah juga dengan kedua tubuh yang saling  melakukan penyatuan. Melebur bersama erangan.

Ketika membuka mata, Taeri sudah disuguhkan mata indah yang berkelip. Iris yang memantulkan seisi galaksi di dalamnya. Milik Ryu Jungkook tersayang.

Masih mengantuk, mata Taeri tidak terbuka sepenuhnya, masih sayu. Tapi dia sudah terkekeh melihat kekasihnya yang manja sekali. Bergerak sedikit untuk membuat tubuhnya merasa lebih enak dan nyaman setelah digempur semalaman, Taeri membelakangi Jungkook. Tidur nyaman saja, tetapi saat membuka mata, pria itu sedang menatapnya sambil memeluk dari belakang. Satu tangan menumpu agar matanya dapat mejangkau wajah Taeri.

"Good morning Honey..." sapa Jungkook sambil menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantik Taeri. Ingin melihat lebih jelas terutama mata itu. Jungkook suka. Menjerat. Memesona. Keduanya sama-sama memuja.

"Oh, sudah pagi rupanya..." kata Taeri dengan suara sangat serak. Jungkook tidak dapat menahan senyumannya. Dia akui berpengaruh dalam menjadikan suara Taeri seperti itu. Semalam mainnya agak gila, Taeri mendesah dan mengerang tanpa henti. Dan jujur saja, Jungkook suka. Terdengar merdu dan membuatnya semakin bergairah. Semakin cepat.

Keduanya sama-sama belum memakai pakaian, hanya selimut menjadi satu-satunya yang menghalangi. Jungkook mengecupi leher Taeri. Kulitnya putih pucat, ada bercak-bercak merah, dipastikan itu ulanhnya. Seperti karya seni paling hebat pada kanvas yang sudah menawan dari sananya.

"Koo—eungh—" Geli. Taeri menggeliat. Menghindar. Kesadarannya bahkan belum terkumpul sepenuhnya.

Jungkook mengerang. Bukan karena Taeri yang menghindar, tetapi karena dirinya sendiri. Suara Taeri malah membuatnya terangsang. Masih pagi dan reaksi cepat sekali.

Dibawah selimut, tangan Jungkook bergerilya hingga jemarinya mengelus paha Taeri. Berputar hingga bagian dalam dan ke atas sampai pada pangkal. Taeri bergidik. Jarinya sudah mengusap-usap bagian kewanitaan yang paling sensitif. Kemudian menggesekkan miliknya ke bokong Taeri. Ditekan-tekan.

"Jungkook—berhenti—jangan—" pinta Taeri susah payah. Terengah. Sudah basah. Bagaimanapun bereaksi. Dirasakan serangan dari depan dan belakang. Belum lagi ciuman di leher. Tubuhnya ngilu seketika, seperti ditarik ke awan. Ke surga kenikmatan dan ini adalah permulaannya.

Mendengar ucapan Taeri, Jungkook berhenti seketika. Dia sangat terangsang saat ini. Pikiran kotor menguasai. Ia ingin mengeluarkan miliknya di tubuh Taeri. Tapi berusaha keras untuk menahan diri. Menetralkan diri. Ia memang terangsang, tapi dia masih bisa mengontrol dirinya sendiri. Bukan seperti pria berengsek yang tidak mementingkan consent dan berakhir menyalahkan wanitanya. Pria adalah manusia, bukan binatang. Punya akal dan dapat mengontrol diri.

A Perfect Scenario ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang