14 | Koi No Yokan

13.1K 2.5K 2K
                                    

AVEYOURS, AYO GAS!! 1,4k votes, 2K comment! Ayo bikin post dua hari sekali atau setiap hari okedeh. Pokoknya kalau mau lanjut ya lihat targetnya. Kalau sudah memenuhi target, bisa tagih di ig. Bisa tag di story karena kalau dm harus lihat satu-satu suka nggak kebuka. Kalau story tag, bisa dilihat langsung. Ingat instagramnya, anoona_universe dan aperfect.scenario

PART INI TITIK BALIK. HAHAH KALIAN AKAN DIPUSINGKAN SAMA DUA KUBU! Tentu setelah kemarin Jimin bikin oleng.





***


"Hei... love... wake up..." bisik Jungkook. Memanggil berkali-kali, pelan, di telinga Taeri, atau pipi, atau pucuk kepala. Tidak benar-benar tahu, sebab mata Taeri tertutup. Samar mendengar, membuka mata perlahan. Untung saja Taeri bisa dibilang orang yang sangat peka, pergerakan sedikit, bisa terbangun. Tetapi ketegangan tadi dan mobil yang berjalan, seperti menyambut kantuknya.

Kedua mata Taeri terbuka perlahan. Mendapati wajah Jungkook cukup dekat dengannya. Ia sampai menahan napas. Dadanya berdebar—bereaksi begitu saja. Bayangkan saja ketika kau membuka mata, ada wajah tampan dengan mata yang seperti kerlap-kerlip kembang api di langit, menatapmu. Taeri bahkan butuh beberapa detik setidaknya untuk menenangkan diri. Menarik semua kesadarannya.

Dan ya, Jungkook memanggilnya dengan 'Love'. Panggilan yang kerap dia sebutkan ketika berpura-pura. Itu berarti mereka masih dalam skenario, setidaknya sampai Taeri masuk ke dalam apartemennya.

Menyadari kegugupan Taeri, Jungkook tersenyum. Ia menarik diri, duduk kembali di jok kemudinya. Terlihat bahwa dia senang dan semangat menikmati. Butuh usaha keras untuk menutupi kegembiraannya, sampai pada akhirnya dia menyerah. Tidak masalah. Mungkin memang dia menginginka nTaeri tahu apa yang dirasakannya, sebab dia sendiri tidak mengerti apa yang sedang direncanakan semesta kepada mereka berdua. Masih saja teringat pesan dari kakaknya tadi.

"Thank you," jawab Taeri secara refleks. Menandakan bahwa dia sudah benar-benar bangun—memiliki kesadaran penuh. Menandakan bahwa dia sadar sudah sampai di basement parkiran. Lalu merengis sendiri, Taeri merutuki dirinya yang tertidur cukup pulas. Padahal dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. "Maaf aku malah tidur," sambung Taeri.

Tidak menoleh, masih menatap lurus pada jajaran mobil yang diparkir dan kekosongan tidak berarti, Jungkook mengangguk. Dia bahkan menyisir rambutnya yang berada di dahi beberapa—dirapihkan, tetapi memang sama sekali tidak berantakan. Kepalanya ikut mengangguk. Jungkook yang tidak menatapnya, membuat Taeri penasaran apa yang dipikiran pria itu. Hal ini benar-benar cukup memalukan untuk Taeri. Belum lagi membayangkan wajahnya yang pasti konyol.

"Tidak masalah... aku menikmatinya," ucap Jungkook pada akhirnya.

Taeri mengernyit. "Kau mengejekku?"

Jungkook terkekeh mendengar itu. Lalu menoleh dan menunjukan senyuman. "Tidak. Aku benar-benar menikmatinya."

"Menikmati? Kau melakukan sesuatu padaku?"

"Ya, menyelimuti noona dengan jasku," jawab Jungkook sambil matanya menunjuk pada jas yang menutupi tubuh Taeri.

"Terima kasih, tapi aku memiliki coat," sahut Taeri. Jungkook kembali mengangguk. "Tapi udara di luar dingin sekali. Dan—kulit putih noona bahkan jadi memerah," tambah Jungkook sambil menaikan satu alisnya. Merasa tidak enak membahas kulit Taeri, terkesan nakal sekali, tetapi itu yang terjadi.

Keduanya sama-sama malu sekarang.

"Ternyata kau benar-benar mengetahui apartemenku di mana," kata Taeri.

A Perfect Scenario ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang