Part ini lengkap, angst, spicy, manis. Indah. Oh ya walaupun open po besok, tenang, ini tetap ku tamatkan. Kalian bisa menikmati sampai epilogue versi wattpad. Jadi tetap semangat vote ya! Ini aku langsung up karena vote dan commentnya sudah memenuhi target. Ayo vote dan comment lagi! 2K ya seperti biasa commentnya.
Awalnya Ryu Jungkook ingin mengantarkan Taeri ke apartemen wanita itu, tetapi dia tidak bisa membiarkan Taeri begitu saja seorang diri. Khawatir sesuatu akan terjadi. Masalahnya Jungkook tahu sekali Taeri benar-benar mencintai Ok Taehyung, kemudian wanita yang disebutkan di berita jelas bukan Taeri, karena wanita itu menangis. Mungkin hubungan keduanya telah berkahir. Jungkook belum pernah patah hati sampai seperti itu—mungkin sebentar lagi—tetapi melihat Taeri menangis saja, dadanya sudah nyeri. Ikut bersedih.
Alhasil dia membawa Taeri ke penthousenya. Di pertengahan jalan, tangis Taeri berhenti, tetapi tatapannya kosong. Beberapa kali seperti menahan mati-matian untuk tidak lagi jatuh membasahi pipi. Berakhir di ruang tengah besar dengan sofa mahal milik Jungkook, Taeri meneguk air mineral untuk membasahi tenggorokannya. Menangis membuatnya lelah. Kaca penthouse Jungkook besar, menunjukan pemandangan kota dengan sisi kemegahan, gedung-gedung tinggi, karena mereka juga berada di lantai yang cukup tinggi. Menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri mati-matian. Jungkook duduk di seberang, hanya menemani Taeri tanpa mengatakan apapun. Ia hanya ingin memastikan Taeri aman.
"A-aku ingin ke toilet," izin Taeri. Jungkook mengangguk dan memberi tahu letaknya. "Pakai yang di kamarku saja," ujar Jungkook. Dia tahu, Taeri mungkin tidak nyaman. Mungkin Taeri ingin menangis lebih kencang tanpa ada yang mengawasi. Ingin lebih bebas. Maka Jungkook membiarkan, di kamarnya yang mendapatkan privasi lebih. Sementara Jungkook, menunggu saja.
Mengacak-acak rambutnya sambil merenggangkan dasi—menarik dengan asal—Jungkook merasa agak sesak. Udara di sekitarnya serasa menipis dengan cara yang tidak menyenangangkan. Kepalanya pening, memikirkan banyak hal. Saat ini adalah penentuan, Jungkook harus maju karena jelas Taeri dan Ok Taehyung sudah berakhir, atau mundur karena wanita yang dia cintai, teramat mencintai orang lain.
Sementara Taeri di kamar mandi, menangis sekali lagi. Sesunggukan. Jari-jari kakinya dingin menyentuh lantai, duduk di sisi bath up. Menyisir rambut dan mengusap-usap wajah beberapa kali. Bahunya naik-turun sesunggukkan. Bertanya-tanya sebenarnya untuk apa air matanya mengalir? Mengapa dia merasakan sakit yang teramat? Dia jelas yang menyudahi semuanya. Tidak mau lagi tenggelam dalam lingkaran setan yang pernah ada di masa lalu. Mencari pelarian dalam kegelapan yang malah membuatnya semakin jatuh.
Kemudian Kim Taeri sadar apa artinya tangisnya. Luka yang ada di dalam dirinya masih ada, selalu ada, bersarang hingga membusuk, dan sekarang mengeras, mengering, terkelupas perlahan. Bukan karena rasa sedih kehilangan, mungkin ada sedikit. Mari berpikir sejenak, keduanya telah bersama untuk waktu yang lama. Keduanya saling menyelamatkan dengan cara yang tidak wajar, salah satu dengan membuat luka dan kecanduan. Melupakan dan merelakan tidak pernah semudah itu. Sekalipun kita sudah melepas, tetapi kenangan lampau dan sisa-sisa perasaan dalam diri masih ada di sana. Disajikan kejutan tiba-tiba tidak akan pernah terbiasa.
Tapi yang paling Taeri sadari, tangisnya adalah karena—
"Noona... kau—masih ada di sana kan?" tanya Jungkook di luar kamar mandi diiringi ketukan pintu dengan sopan. Jungkook tahu Taeri memang ada di dalam, mungkin pertanyaannya terdengar konyol dan retorik, tetapi keinginan Jungkook hanya satu—memastikan Taeri masih baik-baik saja dan tidak melakukan hal berbahaya. Ia berusaha memilih kata yang tepat dan tidak menyinggung.
Taeri mengatur napas baik-baik sambil menghapus air matanya. Tubuhnya terasa lemas. Lelah sekali. Berdiri dengan hati-hati dan perlahan. Menapak lantai yang semakin dingin dengan kamar mandi yang harumnya sangat manis. Dia suka aroma sabun dan shampoo Jungkook. Lembut. Sama seperti pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Scenario ✓
Romance[Self Publishing ; Shopee ; bublekook ] Berbicara tentang bos di kantor, katanya, ada dua tipe bos di dunia ini ; 1. Pertama, yang saat pagi disambut sapaan ; "Selamat pagi, Tuan." di Kantor. 2. Kedua, yang saat pagi disambut dengan sapaan ; "Sudah...