17-MBA

483 62 3
                                    

Di luar sedang hujan deras, pagi ini ia harus berangkat ke sekolah, lelaki itu terus memperhatikan keluar jendela.

"Di luar hujan, Faro naik apa?"

"Ayah antar."

"Gak! Apa-apaan! Kek anak kecil aja," tolak Alfaro.

"Lagian ayah gak peka, Faro mau jemput Alana, lah. Gimana, far?" Felicia menaik turunkan alisnya ke arah Alfaro, sembari cengegesan melihat tingkah gelagapan Alfaro.

"Bunda jangan cari gara-gara! Ntar Faro ledekin balik, eh bunda malah blushing."

Felicia menutup kedua pipinya. "Mana ada bunda blushing! Kamu salah lihat!"

"Bunda fikir, Faro minus?"

"Kalian ngomongin apa sih dari tadi?!" gadis cantik berumur enam tahun itu terlihat kesal dengan pertengkaran abang dan juga bundanya yang menurutnya sama sekali tidak jelas.

"Gak ada sayang, bunda sama abang cuma lagi rebutin voucher shoppe."

"Voucher shoppe itu apa?" tanya Tifani dengan bingung.

"Nah loh ayah, jelasin." Felicia menertawakan Fandi.

"Udah-udah! Gak usah di fikirin mending Tifa makan dulu," perintah Fandi.

Tifa mengangguk kemudian tanpa sengaja melihat bibir bundanya yang pucat dan beralih menatap Fandi dengan bingung. "Ayah pakai lipstik punya bunda, ya?" gadis itu menatap dengan menyelidik mencoba mencari jawaban.

Fandi tersedak makanan dan terbatuk-batuk karena ulah pertanyaan putri kecilnya. "Haah?"

"Kenapa bibir bunda pucat? Bibir ayah pink-pink kayak bibir bunda biasanya." Tifani masih terus menatap Fandi yang gelagapan sembari mengelap bibirnya menggunakan sapu tangan.

Alfaro terkekeh melihat ekspresi ayah bundanya yang gelagapan. "Itu vitamin bibir buat ayah tif, biar bibirnya sehat, kamu mah ngacauin suasana aja." Alfaro menggelengkan kepala.

"Tifa juga mau, biar bibir Tifa sehat. Entar pulang sekolah abang beliin buat Tifa, ya."

"Mana ada! Gak ada di jual. Kamu belum waktunya, entar deh kalau udah dewasa."

"Vitamin bibir buat orang dewasa bang?"

"Iya, makanya jangan gangguin bunda sama ayah, Tifa ingin punya adik lagi?"

Tifa mengangguk dengan penuh semangat. "Yang ganteng, ya."

"Makanya jangan gangguin ayah sama bunda kalau vitamin bibirnya ketukar." Tifani mengangguk, kemudian Alfaro berjalan keluar rumah.

"Faro berangkat, bunda kualat sih ledekin Faro tadi makanya kenak batunya dari Tifa."

"Biar papa antar." Fandi berdiri dari kursinya.

Alfaro berbalik dan menggeleng. "Gak! Acara tukar vitamin bibir, kan, belum selesai ayah. Lanjutin aja siapa tau Faro punya adik lagi," saat ingin berjalan kemudian ia berbalik lagi.

"Sama satu lagi! Kamarnya jangan lupa di kunci, biar aman terkendali," teriaknya kemudian Fandi ingin mengejar tetapi lelaki itu sudah melenggang pergi begitu saja.

Alfaro tiba di sekolah, lelaki itu tidak sempat menjemput Alana karena ponsel gadis itu tidak aktif.

Alfaro dan ketiga temannya sedang bertengger di depan kelas dengan posisi yang masih santai.

Alana datang dengan berlari kecil, Alfaro menghampiri Alana. "Maaf gak sempat jemput." Alana melirik Candra yang terus memperhatikan nya, gadis itu tidak memperdulikan ucapan Alfaro barusan dan berjalan masuk ke dalam kelas.

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang