41-MBA

526 63 2
                                    

Selamat membaca ❤️

Jangan lupa Vote sama komennya ya hehehe🤓

***

Saat ini keluarga Alfaro sedang berada di meja makan. Alfaro baru saja turun dari kamarnya, lelaki itu beberapa menit yang lalu sampai di rumah sehabis pulang dari sekolah.

Alfaro menatap orang-orang satu persatu, merasa heran karena tidak ada yang bergeming sedikitpun seperti biasanya.

"Kenapa?" tanya Alfaro sembari menarik kursi untuk duduk.

"Hah?" Felicia gelagapan dan bingung, pandangannya kini melihat ke arah Alfaro.

"Tumben pada diam? Ada yang aneh sama Alfaro, bunda?"

"Enggak kok sayang." Felicia tersenyum kemudian mengelus lembut rambut Alfaro yang berada tepat di sebelahnya.

Setelah beberapa menit usai, mereka semua masih saja terdiam entah memikirkan hal apa, Alfaro merasa memang ada yang aneh dengan mereka semua hari ini.

Alfaro langsung beranjak dari duduknya, semuanya langsung menatap ke arahnya.

"Mungkin masalahnya ada di Faro sendiri. Maaf kalau Faro ganggu," ucap Alfaro kemudian Tifani langsung menyusul Alfaro dan menahan tangannya sebelum lelaki itu benar-benar meninggalkan meja makan.

Alfaro menoleh ke belakang, Tifani tersenyum ke arahnya. "Mbak Alana mana, bang?"

Alfaro menarik nafas dengan kasar, telinganya semakin merah padam, uap di pucuk kepalanya seakan ingin berhembus, kedua matanya ikut memerah menahan amarah, tangannya pun mengepal kuat. Sedangkan semua orang menunggu jawaban dengan penuh harapan, ia melirik semua keluarganya dengan rasa kecewa.

"Faro sama Alana sudah berakhir!! Jadi stop tanyain orang yang enggak ada hubungannya sama gue." Alfaro menarik tangannya dan pergi begitu saja dari sana, Tifani terjatuh sedangkan Felicia bergegas membantu Tifani untuk berdiri.

Setelah selesai makan, Felicia menghampiri Viona yang sedang bersantai di kamarnya.

"Siapa?" tanya Viona ketika mendengar ketukan pintu dari luar.

"Bunda."

"Masuk aja bun."

Felicia berjalan masuk menghampiri Viona dan duduk di sebelahnya. "Kak, kakak mau kan, bantuin bunda?"

Viona memperbaiki posisinya. "Apa itu?"

***

"Om Mario sering-sering lah traktir gini. Kalau gini ceritanya tiap hari dah kita mampir ke rumah Sisi," ucap Yanto.

"Dih ogah!! Bisa-bisa om gue bangkrut karena tingkah lo bertiga," ucap Sisi.

"Eh gue enggak ikut-ikutan ya. Gue enggak rakus kalau soal makanan!" Sadewa tidak terima dengan perkataan Sisi yang menyangkut pautkan dengan dirinya.

"Hehehe sudah anak-anak. Sudah besar jangan bertengkar," sahut Mario.

"Eh ada apa ini? Kok kelihatannya asik banget?" ucap Anisa yang baru saja kembali dari memesan makanan bersama Alana.

"Tante lagi cari mantu gak? Yanto mau daftar tan," ucap Yusdar tiba-tiba.

"Enak aja!!" jawab Sisi dan Yanto secara bersamaan.

"Ngomong tanpa persetujuan dari kedua belah pihak itu enggak boleh!" sarkas Yanto kemudian Sisi membenarkan.

"Yaelah padahal gue mau ngambil kesempatan, siapa tau kalian nikah terus makanannya banyak.. yah lumayan lah." Yusdar mulai membayangkan ketika hal itu terjadi, perutnya yang rakus siap siaga menampung segala jenis makanan yang menurutnya memiliki sensasi luar biasa di lidah.

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang