10-MBA

671 76 10
                                    

Gadis berpakaian jeans yang dipadukan dengan sweater berwarna lavender itu tersenyum ke arah Senja, Vinsky, dan juga Dini yang sedang duduk di salah satu kursi di salah satu cafe dalam mall tersebut.

Mereka bertiga melambaikan tangan ke arah gadis yang berjalan menuju meja yang mereka bertiga tempati.

Yanto dan juga Yusdar kebetulan berada di mall yang sama, keduanya bosan berada di rumah.

Ketika ingin mengajak Alfaro, lelaki itu sedang berada di rumah Alana. Sedangkan Sadewa, lelaki itu entah sibuk dengan kegiatan apa.

Yanto dan Yusdar tengah asik bermain salah satu game yang ada di mall tersebut. Tiba-tiba Yusdar mengeluh karena lapar.

"Buset, cacing di perut gue kehabisan bensin woi! Main nya lanjut nanti ajalah! Ayo makan dulu. Gue laper!" keluh Yusdar sembari memegangi perutnya yang keroncongan.

"Boleh juga, sepertinya tawaran yang menarik. Cacing di perut gue kayaknya minat sama tawaran lo."

"Udah ah, ayo! Jangan kebanyakan bacot mulut lo."

Mereka berdua berkeliling, mencari cafe yang kosong.

Semua terlalu ramai untuk mereka berdua yang tidak terlalu suka akan keramaian, apalagi ketika makan.

"Tujuan dan harapan terakhir hanya tinggal cafe di ujung sana dar, kalau gak sesuai harapan gue bisa mati karena lapar." Yusdar mengangguk meng-iya-kan, kemudian mereka berdua berjalan menuju cafe yang di tunjuk Yanto barusan.

Kedua mata mereka membulat seketika, mereka bersembunyi saat belum sepenuhnya masuk ke dalam cafe. Mereka memastikan bahwa penglihatan mereka tidak salah, mudah-mudahan yang mereka lihat itu benar-benar orang yang mereka maksud.

Tiba-tiba dari arah belakang ada yang menepuk pundak Yanto hingga membuat lelaki itu hampir berteriak kencang, untung saja hanya mereka yang bisa mendengarnya.

Yanto dan Yusdar berbalik badan dan mendapati Sadewa dan juga Keisya di belakang mereka. "Gue kira siapa lo berdua," ucap Yanto sembari mengelus dadanya. Yusdar melakukan hal yang sama karena Sadewa berhasil membuat mereka berdua kaget dan hampir ketahuan.

"Lagian lo berdua ngapain ngendap-ngendap di sini!" heran Sadewa.

"Iya, aneh tau!" celetuk Keisya membenarkan.

"Coba deh lo ngintip ke dalam, jangan sampai ketahuan, ya." Keisya bertukar posisi dengan Yanto.

Gadis itu sama kagetnya dengan Yanto dan juga Yusdar barusan ketika melihat gadis itu melepas topi hitam yang terus saja melekat di kepalanya. "Loh, itu bukannya Sheila? Dia ngapain sama Senja, Vinsky dan juga Dini, ya?" tanya Keisya pada dirinya sendiri.

"Keluarin handphone lo kei, rekam pembicaraan mereka." Yusdar memberi usul.

"Gobloknya gak ketulungan, mana bisa ngerekam dari sini! Suara mereka gak bakal kedengeran lah," tutur Sadewa dengan suara yang masih santai.

"Kayaknya ada yang harus masuk ke dalam sana sih," ucap Keisya sembari menatap ketiga insan di hadapannya.

"Lo berdua aja," usul Sadewa kepada Yanto dan Yusdar.

"Lo tunggu sini dar, gue nyari pakaian yang cocok buat gue sama lo pakai buat nyamar."

Tak lama kemudian Yanto kembali dengan membwa dua wig yang berbeda. Satu tompel dan juga satu kaca mata sebagai pelengkap penyamaran mereka berdua.

"Semoga sukses." Keisya menyemangati sembari tersenyum.

Yanto dan Yusdar masuk ke dalam sedangkan Keisya dan Sadewa berada di luar untuk berjaga-jaga.

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang