12-MBA

579 68 2
                                    

Bismillah, semoga suka🥰

Jangan lupa vote komennya ya🤗

Selamat membaca💅

HALU ITU PENTING ✨

Setelah selesai makan di kedai pinggir jalan tadi, Alana dan Alfaro mengendarai motornya menuju sebuah mall yang terletak tidak begitu jauh dari kedai tersebut.

Alana langsung memegang lengan Alfaro dengan sangat erat ketika melihat Denis berada di mall yang sama.

Alfaro hanya tersenyum kemudian berhenti seketika, lelaki itu sedikit berjongkok untuk menyamai tinggi badannya dengan Alana. Kemudian membisikkan sesuatu tepat di telinga Alana. "Selama lo masih milik gue, lo gak pantas buat ngerasa takut sama siapapun kecuali sama tuhan," ucap Alfaro kemudian berjalan lebih dulu, lelaki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Meninggalkan Alana yang masih terdiam dengan kata-kata Alfaro yang berhasil membuat bibirnya terangkat untuk tersenyum.

Setelah beberapa detik terdiam, Alana tersadar bahwa Alfaro meninggalkannya, untung saja lelaki itu belum sempat pergi terlalu jauh dari jaraknya sekarang.

"Faro! Tungguin, ih!" mendengar teriakan dari Alana, Alfaro kemudian berbalik badan menghadap ke belakang.

"Cepetan! Masa udah gede jalannya lemot," ucap Alfaro sembari mengejek.

Saat beberapa lama berjalan untuk berusaha menyesuaikan langkahnya dengan Alfaro, Alana menyerah. Gadis itu tiba-tiba terduduk dengan nafas yang terengah-engah.

"Gue nyerah," final Alana kemudian Alfaro tersenyum penuh kemenangan, menghampiri gadis cantik berkulit putih yang terduduk bak anak kecil di sebuah koridor mall.

"Gendong." Alana merengek saat Alfaro berjongkok di hadapannya, sembari memanyunkan bibirnya ke arah depan.

Hal itu membuat Alfaro terkekeh sembari menggelengkan kepalanya. Kemudian Alfaro menggendong Alana di punggung belakangnya. Seperti menggendong anak tuyul, eh canda hahaha-Author.

"Awas aja lo abis ini gue bakal jadiin lo sambal terasi!!" kesal Alana yang masih berada dalam gendongan Alfaro.

"Emang tega? Bukannya udah cinta?" goda Alfaro.

"Ih, kata siapa?" Alana mengelak, padahal wanita itu sedang menahan senyumannya agar tidak terlihat tetapi kemerahan di pipinya tidak bisa membohongi keadaan bahwa yang di katakan Alfaro memang benar.

Ia tidak tau sejak kapan ia merasakannya, intinya saat ini ia benar-benar nyaman ketika berada di dekat Alfaro.

"Lo tau gak? Kalau gue cenayang?" Alfaro berusaha meyakinkan kemudian menurunkan Alana tepat di sebuah toko ice cream.

"Emang iya?" gadis itu bertanya dengan polosnya.

Alfaro terkekeh kemudian tangan lelaki itu menarik kecil hidung Alana yang kemerahan dengan penuh kegemasan. "Ternyata pacar gue polos juga, ya, kirain gue hanya galak doang yang paling mencolok."

Alana seketika tersadar dengan perkataan Alfaro kemudian melipat kedua tangannya di atas dada sembari membuang wajahnya ke arah lain. "Tau ah, gue ngambek."

"Masa ngambek bilang-bilang, lucu tau," ucap Alfaro sembari tersenyum dan melirik ke arah Alana yang masih memalingkan pandangannya ke arah samping.

Alana tak bergeming, Alfaro mendapat ide tiba-tiba. "Jangan ngambek mulu lah, ntar gue di kira ngezolimin bidadari."

"Bodo!"

"Lo marah terus gue makin cinta siapa yang tanggung jawab?" goda Alfaro, hal itu berhasil menarik bibir Alana untuk tersenyum.

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang