16-MBA

466 70 2
                                    

Langkahnya terhenti, mengingat ada hal yang penting yang harus ia katakan sebelum sepenuhnya meninggalkan kamar Candra. Wanita itu berbalik badan dan berkata. "Ingat satu hal bang, abang gak bakal bisa lulus di sebuah universitas kalau abang gak memberanikan diri dari awal untuk mendaftar dan abang juga gak bakal pernah bisa membuka pintu jika abang gak berniat sama sekali untuk mendapatkan kuncinya. Mama harap abang cukup paham dengan kata-kata mama barusan. Tidur yang nyenyak, besok harus sekolah."

Saat Vivi telah keluar dari kamar Candra, lelaki itu berusaha menenangkan diri, kemudian berjalan ke arah frame foto yang terletak di atas nakas samping tempat tidurnya.

Lelaki itu tersenyum sembari menatap foto Alana dengan dirinya dalam sebuah frame, kemudian berkata. "Si bawel udah gede aja, udah punya cowo lagi, kamu tau gak dek kalau cowo kamu itu musuh abang, tapi benar kata mama tadi, nanti abang fikir baik-baik, ya. Abang mencoba untuk ikhlas, maafin untuk kesalahan terbesar abang hari ini, ya. Tapi, abang butuh waktu buat menerima semuanya, dulu kamu itu masih kecil banget dek, masih suka minta abang suapin sekarang malah udah ngerti cinta-cintaan." Candra menjeda kalimat sembari tersenyum, bayangan di mana Alana merengek meminta di suap oleh Candra terus terngiang di kepala lelaki itu.

"Apa-apa semuanya harus abang yang ngerjain kalau itu menyangkut hal tentang kamu, sekarang sudah ada laki-laki pilihan kamu dan orang itu adalah musuh terbesar bang Candra, tau gak lan, bang Candra cemburu. Terlebih lagi liat kamu yang jarang banget ada waktu buat abang, tapi abang janji, bakal usahain denger penjelasan Faro kok, ini semua demi Lana." Candra mengusap frame foto tepat di wajah Alana, kemudian menaruh frame foto tersebut kembali ke tempat nya, kemudian lelaki itu memperbaiki posisinya dan tertidur.

***

Tiga hari berlalu, Alfaro tidak pernah berangkat ke sekolah. Alana terlihat begitu gelisah di kelas, gadis itu menoleh ke arah Sadewa Yanto dan juga Yusdar yang sibuk dengan handphone mereka masing-masing.

Alana melangkah ke arah mereka, kemudian ketiganya menoleh. "Ada apa lan? Nyari Faro, ya?" tanya Yusdar.

"Faro kenapa gak ada kabar?"

"Emang dia gak kabarin lo?" tanya Yanto dan Alana hanya menggeleng samar.

Yanto dan Yusdar menghentikan aktifitasnya, tapi tidak dengan Sadewa. "Kita juga gak dapat kabar apa-apa lan," jawab Yusdar dengan ekspresi wajah yang lesu.

"Terakhir ketemu, kapan?" tanya Alana, kemudian Yanto dan Yusdar melirik ke arah Sadewa, keduanya bingung harus menjawab apa.

Sadewa menghentikan aktifitasnya bermain handphone ketika Yanto menyenggol lengannya. "Hm, tiga hari yang lalu, selesai pesta anniversary Bu Mifta malam itu."

"Dia berantem lan," ucap Yusdar.

Alana melotot tak percaya."Kenapa bisa?"

"Lo tau Candra, kan? Candra geng motor sebelah yang bawa kabur lo malam itu? Nah dia berantem sama Candra," ketika mengucapkan hal itu, Yanto sedikit geram ketika mengingat malam itu.

"Padahal kalau di fikir-fikir, Candra mah lembek kalau di bandingkan sama Faro," ucap Yusdar.

Mendengar semua hal yang di katakan oleh ketiga teman Alfaro, ekspresi Alana tiba-tiba berubah, kemudian gadis itu pergi meninggalkan ketiganya begitu saja.

"Loh lan, kita belum selesai ngomong!" teriak Yanto.

***

Sheila datang menghampiri Alana Sisi dan juga Keisya yang sedang mengobrol sembari makan di kantin, gadis itu membwa beberapa tote bag di tangan kanan dan kirinya.

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang