37-MBA

435 58 3
                                    

Vinsky berdiri menggebrak meja serta membantingnya dengan sembarangan, semua orang di cafe tersebut menatap heran ke arahnya.

Sedangkan Senja tak henti-hentinya menitikkan air mata karena gatal-gatal di sekujur tubuhnya tak kunjung menghilang.

Sheila dan Dini telah siap di samping Senja, gadis itu mulai menitikkan air mata. Tidak tahan dengan rasa gatal yang menguasai dirinya.

Semua pelayan keluar untuk menyaksikan apa yang sebenarnya terjadi, baru kali ini cafe itu di buat kacau oleh pelanggan mereka sendiri.

"Alana, sini lo!" Vinsky menarik rambut Alana dengan kuat, kemudian menamparnya dengan kencang.

"Apa-apaan sih, lo!" Alana merasa tidak terima dengan tamparan Vinsky, saat Alana ingin menampar Vinksy kembali, Sheila dengan siagap menahan tangannya yang sebentar lagi akan lepas landas.

"Lo yang apa-apaan! Lo pasti sengaja kan, nyampurin seafood ke makanan Senja supaya dia gatal-gatal? Lo kan tau, kalau dia alergi seafood! Ngapain lo kasih seafood, sengaja?"

"Kalau mau ngefitnah pintar-pintarin dikit dulu lah otaknya shei! Gue gak tuli, ya! Jelas-jelas yang mesan makanan seafood itu kalian sendiri."

"Iya emang pesan makanan seafood, tapi bukan empat, hanya tiga! Lo nya aja yang butuh ke THT."

"Heh! Jangan asal bicara ya, jelas-jelas pas kalian pesan gue juga dengar kok anak itu pesan empat nasi goreng yang ada seafood nya!" Siren tidak terima dengan perkataan Sheila yang sengaja menyudutkan Alana.

Saat merasa diri mereka telah terpojokkan, Vinsky mulai angkat bicara.

"Jangan-jangan lo sengaja buat ulah karena tidak terima dengan Senja yang bocorin ke satu sekolahan kalau lo itu sebenarnya seorang, PSK?" Vinsky menekankan kata PSK ketika mengucapkannya, semua orang yang berada di sana memperhatikan mereka semua.

"Lo jangan asal ngomong ya, padahal lo sendiri yang___" ucapan Alana terhenti ketika minuman yang berada di tangan Vinsky telah mengguyur dirinya.

Vinsky dan Sheila tertawa puas menyaksikan Alana yang menderita.

Sheila membantu Vinsky untuk menyiramkan seluruh makanan yang mereka pesan ke arah Alana, semua pelayan dan pelanggan yang berada di sana sampai menggelengkan kepala melihat tingkah remaja-remaja itu.

Alana menahan amarahnya, justru hal itu terdeteksi oleh Vinsky.

"Hahaha, kenapa? Wajah lo memerah karena nahan marah? Keluarin aja, gue siap di terkam kok."

"Ya pasti gak berani lah ky, orang yang sudah di terlantarkan sama keluarga karna kelakuannya mana berani berkutik? Bahkan pacar nya aja malu punya cewek seperti dia," semuanya menertawakan Alana.

"Ayo gaes, cabut. Kasian, bahan bullyan nya udahan dulu, simpan buat nanti."

Vinsky dan Sheila menuntun Senja untuk masuk ke dalam mobil saat sudah keluar dari dalam cafe tersebut.

"Lo gak ikutan balik, din?"

Dini tersenyum dan menggeleng. "Enggak deh kalian duluan aja, gue nungguin jemputan aja."

Kemudian setelah Sheila, Vinsky dan Senja berlalu pergi, Dini kembali lagi masuk ke dalam cafe.

"Kenapa? Mau apa lagi kalian?" Siren tidak terima dengan tingkah mereka yang semena-mena terhadap Alana.

Dini tidak menghiraukan Siren, gadis itu berlari kecil ke arah Alana dan membantu membersihkan sisa-sisa makanan yang melekat di baju kerja Alana.

Dini tersenyum kepada Alana dan menarik bibir Alana untuk tersenyum.

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang