06-MBA

721 101 2
                                    

Beberapa detik yang lalu Alana telah selesai makan bersama Agam dan juga Clara. Ya, mereka hanya tinggal bertiga karena Agam dan juga Clara belum di karuniai seorang anak.

Posisi mereka saat ini masih berada di meja makan. Alana membersihkan bibirnya dengan menggunakan tissue yang sudah tersedia secara mandiri di atas meja.

"Alana mau berangkat bareng papa? Sekali-kali papa anterin."

"Mauu," sahut Alana dengan sedikit antusias sembari memperlihatkan senyuman lebarnya.

"Gak usah repot-repot deh mas, Alana sudah besar. Takutnya kamu juga telat ke kantor, kan arahnya berlawanan."

"Gak, jam masuk mas masih lama. Lagian mas kan bos nya," jawab Agam dengan senyuman.

"Justru itu, masa iya seorang bos perusahaan mencontohkan yang tidak baik sama karyawan dengan terlambat seperti itu?" Clara mencoba meyakinkan Agam dengan posisi memperbaiki dasi di kemeja kantor yang Agam kenakan.

"Benar kata mama Clara pa. Alana berangkat duluan aja, ya. Sisi barusan nge-chat Alana buat bareng ke sekolah."

"Benar kamu gak papa, sayang?"

"Yakin deh pa. Alana udah gede," gadis itu tersenyum mencoba meyakinkan Agam sembari menyalimi tangan Agam dan juga Clara secara bergantian.

"Alana pamit dulu pa, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati sayang."

"Siap bos," seru Alana sembari memberikan hormat kepada Agam. Hal itu membuat Agam terkekeh kecil dan membuat Clara mengumpat dalam hati.

***

Sisi benar-benar menjemput Alana, yang di katakan gadis itu kepada Agam memang benar, bahwa Sisi akan menjemputnya.

"Mama Vivi lagi gak di rumah?"

Alana mengangguk saja sebagai jawaban. "Tumben tinggal sama bokap lo? Bi Sum ke mana?"

"Lagi cuti."

"Tumben?"

"Anaknya demam."

Sisi menoleh sekilas ke arah Alana karena merasa sedikit heran dengan respon Alana yang tidak seperti biasanya.

"Lo kenapa?"

Alana menoleh, tidak mampu membendung air matanya lagi. Benih putih kristal itu jatuh seketika tanpa izin. Sisi menepikan mobilnya kemudian memeluk Alana dengan prihatin.

"Nangis aja dulu sampai lo merasa lega, baru cerita." Sisi berucap sembari mengelus punggung belakang Alana dengan rasa iba.

Setelah beberapa menit Alana menangis dalam pelukan Sisi, gadis itu mulai memberanikan diri untuk bercerita.

"Mama Clara kenapa gak pernah suka sih sama gue, si? Salah gua apa? Kan yang rebut papa dari mama dan aku itu, dia. Jadi yang seharusnya marah, ya aku lah!! Bukan dia."

"Dia ngapain lo lagi?"

Alana mulai bercerita, semalam Clara memperingatinya saat Agam masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. "Kamu harus tau batas ya, ini rumah saya dan itu suami saya. Kamu tidak punya hak sedikitpun atas dia dan rumah ini." -Clara mencekram kuat dagu Alana hingga pandangannya mengarah ke atas, kemudian tangannya di cemplungkan ke dalam baskom yang berisikan air mendidih.

Sisi yang mendengar hal itu langsung menatap kaget ke arah Alana. Kemudian mengambil tangan Alana yang sedari tadi ia usahakan untuk di sembunyikan dari Sisi, tapi hasilnya nihil.

My Boyfriend Alfaro (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang